BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Pokok bahasan ini akan membahas
sifat logam bukan besi, proses pembuatan bermacam-macam logam bukan besi dan
paduan logam bukan besi serta kegunaannya. Setelah selesai mempelajari pokok
bahasan ini diharapkan mampu untuk :
a. Menjelaskan
sifat-sifat logam bukan besi
b. Menjelaskan
cara pembuatan logam bukan besi seperti logam aluminium, tembaga, dan magnesium
c. Menjelaskan
paduan logam bukan besi beserta kegunaannya
d. Menjelaskan
persentase paduan logam bukan besi untuk pengecoran
Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi
produk industry merupakan logam bukan besi. Indonesia merupakan Negara
penghasil logam bukan besi yang meliputi timah putih, tembaga, nikel, dan
aluminium. Dalam keadaan murni, logam bukan besi memiliki sifat yang sangat
baik, namun untuk meningkatkan kekuatannya umumnya dicampur dengan logam lain
membentuk paduan. Ciri logam bukan besi ialah daya tahan terhadap korosi
tinggi, daya hantar listrik yang baik dan pengubah bentuk yang mudah.
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa
saja sifat-sifat dari logam bukan besi?
2. Bagaimana
proses peleburan dan pembuatan logam bukan besi?
3. Bagaimana
proses pengecoran logam bukan besi?
4. Apa
saja paduan dari berbagai macam logam bukan besi?
1.3.TUJUAN
Tujuan
dibuatnya makalah ini yaitu untuk dapat memahami dan mengerti lebih jauh
tentang :
1. Logam
bukan besi
2. Sifat-sifat
logam bukan besi
3. Proses
peleburan logam bukan besi
4. Pembuatan
berbagai macam logam bukan besi
5. Paduan
berbagai macam logam bukan besi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. LOGAM BUKAN BESI
Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam
yang tidak mengandung unsur besi (Fe). Logam non ferro murni kebanyakan tidak
digunakan begitu saja tanpa dipadukan dengan logam lain, karena biasanya sifat-sifatnya
belum memenuhi syarat yang diinginkan.
Kecuali logam non ferro murni, platina, emas dan
perak tidak dipadukan karena sudah memiliki sifat yang baik, misalnya ketahanan
kimia dan daya hantar listrik yang baik serta cukup kuat, sehingga dapat digunakan
dalam keadaan murni. Tetapi karena harganya mahal, ketiga jenis logam ini hanya
digunakan untuk keperluan khusus. Misalnya dalam teknik proses dan laboratorium
di samping keperluan tertentu seperti perhiasan dan sejenisnya.
Logam non fero juga digunakan untuk campuran besi
atau baja dengan tujuan memperbaiki sifat-sifat baja. Dari jenis logam non
ferro berat yang sering digunakan uintuk paduan baja antara lain, nekel,
kromium, molebdenum, wllfram dan sebagainya. Sedangkan dari logam non ferro
ringan antara lain: magnesium, titanium, kalsium dan sebagainya. Logam-logam
nonferro dan paduannya tidak diproduksi secara besar-besaran seperti logam
besi, tetapi cukup vital untuk kebutuhan industri karena memiliki sifat-sifat
yang tidak ditemukan pada logam besi dan baja.
2.2. SIFAT-SIFAT LOGAM BUKAN BESI
Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi
(air atau kelembaban), misalnya: zat magnesium, tahan terhadap korosi dalam
lingkungan udara biasa, akan tetapi di dalam air laut, ketahan terhadap
korosinya dibawah ketahanan baja biasa.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa makin berat suatu
logam bukan besi, maka makin baik daya tahan nya terhadap korosi dan salah satu
sifat atau ciri khas logam bukan besi adalah: berat jenis nya, oleh
karena itu, dibawah ini dapat dilihat tabel yang menunjukkan berat jenis &
titik cair logam.
Pemilihan paduan tertentu tergantung pada banyak
hal, antara lain kekuatan, kemudahan dalam pemberian bentuk, berat jenis, harga
bahan baku, upah pembuatan dan penampilannya. Dari table 2.1. diperlihatkan
perbandingan berat jenis berbagai logam bukan besi. Kebanyakan logam bukan besi
tahan terhadap korosi (air atau kelembaban). Secara umum semakin berat suatu
logam bukan besi semakin baik daya tahan korosinya. Pengecualian pada
aluminium, pada permukaan nya terbentuk suatu lapisan oksida yang dapat
melindungi logam aluminium tersebut dari korosi selanjutnya.
Warna asli dari logam bukan besi, yaitu kuning,
abu-abu, perak, dan lain sebagainya, termasuk teknik pewarnaan, seperti: anodisasi pada aluminium, dapat
menambah nilai estetika logam-logam tersebut.
Pada umum nya, logam non-besi mempunyai daya
hantar listrik lebih baik dibandingkan dengan besi, sebagai contoh:
tembaga, mempunyai daya hantar listrik 5,3 kali lebih baik dibandingkan besi,
sedang kan aluminium, 3,2 kali lebih baik. Demikian juga hal nya dengan titik
cair, titik cair logam bukan besi berkisar antara 327 °C
s/d 1800 °C, namun untuk penuangan, biasanya
suhu nya dinaik kan antara 200 °C
s/d 315 °C diatas suhu titik cair nya. Umum
nya logam bukan besi, agak sulit untuk dilas, sedangkan kemampuan terhadap
pengecoran, permesinan dan pembentukan, berbeda-beda, misalnya: ada logam yang
dapat mengalami pembentukan dengan pengerjaan dingin, namun ada pula yang tidak
mungkin untuk dibentuk dalam keadaan dingin.
2.3. PROSES PELEBURAN
Logam bukan besi tidak ditemukan
sebagai logam murni dialam bebas, biasanya masih ter- ikat sebagai oksida
dengan berbagai macam kotoran-kotoran yang membentuk bijih-bijih. Ada beberapa
tahapan untuk mengolah bijih logam bukan besi, yakni:
-
tahap penghalusan mineral
-
tahap pencucian
-
tahap pemisahan antara logam dengan kotoran
-
tahap peleburan
Kadang-kadang, tahap proses peleburan menjadi lebih
sulit, misal nya karena bijih tembaga, timah hitam dan seng, hanya di dapat di
suatu daerah tertentu saja, atau bahkan disuatu daerah dijumpai campuran dari
21 jenis bijih logam bukan besi.
Dapur Peleburan
Pada mula nya, Tanur Tinggi
dengan kapasitas kecil, digunakan untuk melebur tembaga, timah dan beberapa
unsur lain nya. Didalam tanur bahan baku dicampur dengan kokas, kemudian di
tiupkan udara untuk mempercepat proses pembakaran. Karena tiupan udara nya
cukup cepat (kencang), maka ukuran kokas, maupun bijih tidak boleh lebih kecil
dari 1 cm. Saat proses peleburan berlangsung, ditambahkanfluks untuk memperoleh
logam yang lebih murni, sekaligus untuk mengurangi kekentalan (viskositas)
terak cair.
Dapur-dapur yang umum digunakan untuk melebur logam
bukan besi, biasanya dari jenis reverberasi. Penambahan fluks (pembentuk
terak), bertujuan untuk mengurangi oksidasi, dimana biasanya dapur di lengkapi
oleh alat tadah uap maupun tadah debu. Biasanya, disamping menggunakan dapur
peleburan, digunakan juga dapur pemanggang untuk meng-oksidasi bijih dari
mineral sulfida, gas oksidasi dihembuskan melalui kisi dan mengenai bijih,
sedangkan dapur pemanggang digunakan untuk memurnikan tembaga dan seng.
2.4. PEMBUATAN
ALUMINIUM (Al)
Bijih bauksit merupakan salah
satu sumber pembentukan aluminium yang cukup ekonomis, yang bila di Indonesia,
banyak terdapat di daerah Bintan dan Kalimantan. Untuk menambang bauksit,
dilakukan dengan penambangan terbuka, setelah bauksit di haluskan, kemudian di
cuci dan dilakukan pengeringan, baru kemudian bauksit mengalami pemurnian
menjadi oksida aluminium atau alumina.
Untuk memperoleh aluminium murni, biasanya digunakan
Proses Bayer (Karl Josef Bayer), yaitu: bauksit halus dan kering,
dimasukkan ke dalam pencampur (mixer), diolah dengan NaOH yang bila
bereaksi dengan bauksit dibawah pengaruh tekanan dan suhu diatas titik
didih nya, akan menghasilkan Aluminat Natrium yang dapat larut. Biasanya
setelah proses selesai, tekanan di dalam dapur dikurangi dan ampas yang terdiri
dari oksida besi tak larut, silikon, titanium dan kotoran-kotoran lain nya,
ditekan melalui saringan dan dikumpulkan agak disamping. Kemudian, cairan yang
mengandung alumina dalam bentuk aluminat natrium, dipompakan ke luar dan
dimasukkan kedalam sebuah tangki pengendapan. Didalam tangki tersebut, diberi
tambahan kristal hidroksida aluminium yang halus, yang kemudian berubah menjadi
inti kristalisasi, sementara itu kristal hidroksida aluminium akan terpisah
dari larutan, kemudian dilakukan penyaringan dan dipanaskan sampai suhu nya
mencapai 980 °C.
Proses Bayern
Melalui proses elektrolisa, alumina akan berubah
menjadi oksigen dan logam aluminium. Jalan nya proses elektrolisa adalah:
alumina murni dilarutkan pada cairan criolit (natrium aluminium fluorida) di
dalam dapur elektrolit yang besar atau disebut sel reduksi. Arus listrik
kemudian dialirkan pada campuran melalui elektroda karbon, logam aluminium di
endapkan pada katoda karbon yang berada di dasar sel.
Panas akibat aliran listrik digunakan untuk
memanaskan isi sel, sehingga akan selalu cair, dengan demikian alumina dapat
ditambahkan secara terus menerus (disebut: proses kontinu). Pada saat-saat
tertentu, aluminium cair di keluarkan dari sel dan dipindah kan ke dalam dapur
penampung untuk kemudian di murnikan atau bisa juga digunakan untuk keperluan
paduan, setelah itu baru di tuangkan ke dalam cetakan ingot, untuk kemudian
diolah lebih lanjut.
Biasanya, untuk menghasilkan 1 kg
aluminium, dibutuhkan 2 kg alumina, sedangkan untuk mendapat kan 2 kg alumina,
diperlukan 4 kg bauksit, 0,6 kg karbon, criolit dan bahan-bahan lain nya serta
sekitar 8 kWh energi listrik (berlaku secara linier).
2.5. PEMBUATAN
MAGNESIUM (Mg)
Air laut yang biasanya mengandung 1300 ppm
magnesium, direaksikan dengan kapur (kulit kerang yang dibakar pada suhu 1320 °C).
Hasil reaksi kimia antara kapur dengan air laut, akan
menghasilkan endapan . Endapan kental yang mengandung sekitar 12 % ini kemudian di
saring, sehingga akan bertambah pekat, baru kemudian di reaksikan dengan dan menghasilkan . Setelah melalui tahapan filtrasi dan pengeringan,
konsentrasi akan meningkat menjadi sekitar 68 %, yang berbentuk
butiran-butiran kemudian dipindahkan ke dalam sel elektrolisa yang berukuran dan beroperasi pada suhu sekitar 700 °C. Elektroda grafit akan berfungsi sebagai anoda dan pot
nya sendiri berfungsi sebagai katoda. Akibat di
aplikasikan nya arus listrik sebesar 60.000 Amp, maka akan terurai, dan logam magnesium terapung diatas larutan.
Setiap pot akan dapat menghasilkan sekitar 550 kg logam Mg dalam satu hari yang
kemudian dituang kedalam cetakan ingot, dimana setiap ingot mempunyai berat 8
kg.
Hasil sampingan dari proses ini adalah: gas klorida
yang kemudian dapat digunakan untuk mengubah menjadi .
2.6. PEMBUATAN TEMBAGA
Chalcopiri”t
adalah bijih tembaga, merupakan campuran antara dan yang di peroleh dari hasil tambang di bawah permukaan tanah.
Gambar berikut adalah proses mebuat nya:
Alur proses yang ditunjukkan pada gambar diatas
adalah dimulai dari bijih chalcopirit, digiling dan dicampur dengan batu kapur
serta bahan fluks silika. Setelah tepung bijih dipekatkan, lalu dipanggang,
sehingga terbentuk campuran , dan , campuran inilah yang disebut: “Kalsin”. Kalsin
kemudian di lebur dengan batu kapur sebagai fluks nya di dalam Dapur
Reverberatory, tujuan nya untuk melarutkan besi (Fe) di dalam terak, sisanya
adalah Tembaga-Besi yang disebut “matte” di tuangkan kedalam konverter.
Dengan menghembuskan udara kedalam konverter untuk
selama 4 s/d 5 jam, maka kotoran-kotoran teroksida dan besi akan membetuk terak
yang pada saat-saat tertentu, dikeluarkan dari konverter.
Karena panas oksidasi cukup tinggi, maka muatan akan
tetap cair yang akhir nya dapat merubah sulfida-tembaga menjadi oksida-tembaga
atau yang dikenal dengan nama: sulfat. Bila kemudian aliran udara
dihentikan, maka oksida kupro akan bereaksi dengan sulfida kupro yang akan
membentuk tembaga blister dan dioksida belerang. Tembaga blister
dengan tingkat kemurnian antara 98 %
s/d 99 % ini kemudian dicor menjadi slab untuk kemudian di olah secara
elektolitik menjadi tembaga murni.
2.7. PEMBUATAN TIMAH
HITAM
Gambar diatas menunjukkan kompleksitas dari
pembuatan timah hitam, dimana konsentrat timah hitam yang hanya mengandung (65
s/d 80) % Pb, harus di panggang terlabih dahulu untuk menghilangkan
sulfida-sulfida. Sebelum dilakukan proses sintering, maka batu kapur, bijih
besi, pasir dan terak dicampur dengan konsentrat timah, akibat sinter, oksida
sulfur akan menguap dan di tampung untuk diolah menjadi asam sulfat , kemudian dimasukkan kedalam tanur tinggi dengan bahan bakar
kokas. Gas dan debu tanur tinggi ini masih mengandung klorida kadmium yang
kelak dapat diolah tersendir untuk menjadi kadmium murni. Muatan yang ada di
dalam tanur tinggi di sebut: bullion yang kemudian di dros,
menghasilkan dross tembaga yang akan terapung dan mengikat belerang, sehingga
memudahkan pemisahan tembaga dan dross. Setelah diperoleh timah cair, maka
kemudian di alirkan ke dalam dapur pelunakan (ketel desilverisasi) agar
timah cair teroksidasi. Didalam dapur pelunakan, akan terjadi terak yang
mengandung antimon dan arsen. Kedalam ketel
yang berisi timah cair tersebut, di tambahkan seng dan emas, tujuan nya,
agar bila perak masih ada, maka akan bisa larut bersama-sama dengan seng,
dimana kemudian uap nya ditampung untuk menghasilkan seng padat. Cairan yang
tersisa, diolah secara elektrolisa untuk menghasilkan emas dan perak. Timah
cair yang ada didalam ketel dimurnikan terlebih dahulu, baru kemudian dicampur
dengan soda api, sehingga seng akan terpisah. Hal ini dilakukan dengan cara menginjeksikan
pancaran timah panas kedalam ruang vakum, akibat nya seng akan menguap. Pada
akhirnya, kotoran-kotoran yang masih ada bercampur dengan timah, dipisahkan
secara kimia, sehingga diperoleh timah cair murni, yang kemudian dicor menjadi
timah ingot dengan berat standard 25 kg atau 90 kg.
2.8. PENGECORAN LOGAM
BUKAN BESI
Terdapat sedikit perbedaan antara
pengecoran logam bukan besi dan pengecoran besi, walau pun cetakan nya secara
umum, alat-alat perkakas yang digunakan praktis sama. Pasir yang digunakan
biasanya lebih halus, sebab benda kerja yang akan di cetak, umum nya lebih
kecil dan selalu diingin kan suatu permukaan yang rata. Untuk pengecoran besi,
maka syarat pasir cetak nya harus yang tahan panas, tetapi pada logam bukan besi,
tidak perlu terlalu tahan panas, sebab suhu pengecoran nya lebih rendah. Dapu
kowi dengan sumber panas minyak atau kokas ataupun gas, sering digunakan untuk
melebur logam bukan besi.
Bila diperlukan pengendalian suhu yang lebih akurat,
maka dapat menggunakan beberapa jenis dapur, antara lain: dapur tahanan
listrik, busur tak langsung atau dapur induksi.
Dengan menggunakan dapur listrik, biasanya sangat
sesuai untuk tujuan penelitian ataupun untuk suatu instalasi yang berkapasitas
relatif tidak besar.
Paduan tembaga yang banyak digunakan atau pemakaian nya adalah: kuningan
dan perunggu. Kuningan adalah merupakan paduan antara tembaga dan
seng dengan kadar seng nya bervariasi anatara 10 % sampai dengan 40 %.
Sifat-sifat mekanik paduan, seperti: kekuatan, kekerasan dan ke uletan, akan
meningkat se iring dengan meningkatnya persentase seng, namun bila kadar seng
nya melebihi 40 %, maka umum nya akan terjadi penurunan kekuatan, dan pada saat
peleburan, seng akan sangat mudah menguap.
Dengan menambah unsur timah sebanyak 0,5 % sampai
dengan 5 %, maka akan menjadikan paduan lebih mampu untuk di mesin
(machinability yang baik).
Kuningan sebagai bahan hasil paduan tembaga dan
seng, banyak sekali dugunakan di industri, sebab selain kuat, penampilan nya
bagus, daya tahan terhadap korosi sangat tinggi serta bila diperlukan, relatif
mudah untuk di rol, di tuang dan bahkan di ekstrusi.
Perunggu
adalah paduan antara tembaga dengan unsur-unsur lain nya, seperti: timah putih,
mangan dan beberapa elemen-elemen lain nya sebagai unsur-unsur tambahan.
Unsur-unsur tambahan ini, dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan dan daya tahan
terhadap korosi dari perunggu.
Tembaga, sering digunakan sebagai salah satu unsur
dasar paduan, sebab bila tembaga diatas 8%, dapat menambah kekuatan dan
kekerasan bahan.
Paduan aluminium yang mengandung unsur silikon, akan
memiliki sifat cor yang baik sekali, sekaligus menambah daya tahan terhadap
korosi yang lebih baik.
Magnesium sebagai unsur paduan dasar, akan
meningkatkan sifat mampu mesin yang lebih baik, hasil pengecoran yang lebih
halus dan juga dapat meningkatkan daya tahan terhadap korosi. Keistimewaan yang
lain dari magnesium ini adalah: massa jenis nya yang rendah (kurang lebih dua
per tiga massa jenis aluminium atau seper empat dari massa jenis logam
ferrous).
Mangan, bila digunakan dalam jumlah yang kecil, akan
meningkatkan ketahanan logam ferrous terhadap air garam.
Bahan yang menggunakan magnesium sebagai paduan nya,
banyak diguakan untuk membuat peralatan-peralatan portabel, di
industri-industri pesawat terbang dan konstruksi-konstruksi lain yang
mengutamakan material ringan (teknologi ruang angkasa).
2.9. PADUAN ALUMINIUM
Paduan aluminium banyak dipakai dalam industri yang
dapat dibagi dalam dua golongan utama:
a) Wrought alloy: dibuat dengan jalan rooling,
(paduan tempa)forming, drawing, forging dan press working.
b) Casting alloy: dibuat berdasarkan
pengecoran (paduan tuang) Paduan aluminium tempa mempunyai kekuatan mekanik
yang tinggi mendekati baja.
Paduan ini dibedakan lagi berdasarkan:
a. Dapat di heat treatment
b. Tak dapat di heat treatment
Paduan aluminum yang tak dapat di heat treatment
yaitu Al – Mn (1,3% Mn) dan Al – Mg Mn (2,5% Mg dan 0,3% Mn), memiliki kekuatan
mekanik yang tinggi, ductil, tahan korosi dan dapat dilas.Paduan aluminium
tuang merupakan paduan yang komplek dari aluminium dengan tembaga, nikel, besi,
silikon dan unsur lain.
Duraluminium (dural) adalah paduan Al – Cu – Mg,
dimana Mg dapat ditambahkan (meningkatkan kekuatan, dan ketahanan korosi) dan
begitu juga dengan penambahan Si & Fe.Komposisi ducal : 2,2-5,2% Cu, diatas
1,75 % Mg, di atas 1% Si,diatas 1% Fe, dan diatas 1% Mn. Paduan aluminium yang
terdiri dari 8-14% Si disebut silumin. Paduan aluminium dengan (10 – 13% Si &
0,8% Cu) dan (8 -10% Si, 0,3% Mg & 0,5% Mn)mempunyai sifat-sifat dapat
dituang dengan baik dan tahan korosi serta ductile.
2.10. PADUAN MAGNESIUM
Sifat-sifat mekanik magnesium terutama memiliki
kekuatan tarik yang sangat rendah. Oleh karena itu magnesium murni tidak dibuat
dalam teknik.Paduan magnesium memiliki sifat-sifat mekanik yang lebih baik
serta banyak digunakan Unsur-unsur paduan dasar magnesium adalah aluminium,
seng dan mangan.Penambahan AI diatas 11%, meningkatkan kekerasan, kuat tarik
dan fluidity (keenceran) Panambahan seng meningkatkan ductility (perpanjangan
relatif dan castability (mampu tuang) .
Penambahan 0,1 – 0,5 % meningkatkan ketahanan
korosi.Penambahan sedikit cerium, zirconium dan baryllium dapat membuat struktur
butir yang halus dan meningkatkan ductility dan tahan oksidasi pada peningkatan
suhu.Ada dua kelomnok besar magnesium paduan a) Wrought alloy : (0,3% Al, 1,3%
– 2,5% Mn ) dan (3 – 4% Al, 0,6% Zn & 0,5% Mn).b) casting allay : (5 – 7%
Al, 2 – 3% Zn & 0,5% Mn) dan (8 % Al, 0,6 % Zn & 0,5 % Mn).
2.11. PADUAN TEMBAGA
Ada dua kelompok besar yaitu : brass dan bronze
Brass (kuningan) Paduan tembaga dan seng dinamakan brass. Penambahan sedikit
timah, nikel, mangan, aluminium, dan unsur-unsur lain dalam paduan tembaga seng
dapat mempartinggi kekerasan dan kekuatan serta tahan korosi (special –
brass).Bronze (perunggu) .
Paduan tembaga dan timah dengan penambahan sedikit
aluminium, silikon, mangan, besi dan beryllium disebut bronze.Dalam prakteknya
yang paling banyak digunakan adalah perunggu dengan 25 – 30% Sn.
Wrought bronze, terdiri dari paling tinggi 6% Sn dan
casting bronze lebih dari 6% Sn.Special bronze, yaitu paduan dengan dasar
tembaga dicampur Ni,Al, Mn, Si, Fe, Be dll.Aluminium bronze, terdiri dari 4 –
11% Al, mempunyai sifat-sifat mekanik yang tinggi dan tahan korosi serta mudah
dituang.
Bronze dengan penambahan besi dan nikel memiliki
kekuatan mekanik yang tinggi, tahan panas, digunakan untuk fitting dapur dan
bagian-bagian mesin yang permukaannya bersinggungan dengan metal, yaitu
perunggu dengan penambahan seng.Phosphor bronze terdiri dari – 95% Cu, 5% Sn
dan 0,2% P, di gunakan untuk saringan kawat, koil dan pegas pelat.Silikon
bronze, memiliki sifat-sifat mekanik yang tinggi, tahan aus dan anti korosi dan
mudah dituang maupun dilas. Beryllium bronze, memiliki sifat mekanik yang
tinggi tahan koros, tahan aus dan ductil, daya hantar panas/listrik yang
tinggi.Monel, komposisinya 31% Cu, 66% Ni, 1,35% Fe, 0,9% dan 0,12% C sifat
tertarik bagus dan ductil, tahan korosi dalam air lautan Iarutan kimia.
2.12. PADUAN
CETAK-TEKAN (DIE CASTING)
Untuk proses cetak tekan dapat
digunakan berbagai jenis paduan bukan besi. Urutannya adalah seng, aluminium,
magnesium, tembaga, timah dan tin. Selanjutnya logam-logam tersebut dapat
dibagi lagi menjadi paduan suhu rendah dan paduan suhu tinggi. Logam dengan
suhu tuang dibawah 5500C, seperti seng, tin dan timah digolongkan
sebagai logam suhu rendah. Paduan suhu rendah mempunyai beberapa keuntungan
antara lain biaya produksi dan biaya pemeliharaan die yang rendah.
Dengan meningkatkan suhu, daya tahan erosi dan daya
ketahanan terhadap “heat Checking”
(retak halus) dari die yang terbuat dari baja paduan, harus ditingkatkan. Kerusakan
yang mungkin dialami die menjadi hambatan utama untuk pemakaian paduan suhu
tinggi. Faktor lain yang menentukan pilihan logam ialah erosi dan aksi dari
logam cair pada unsur-unsur mesin dan die. Aksi logam meningkat dengan naiknya
suhu, selain itu setiap logam mempunyai karakteristik tersendiri. Aluminium
bersifat merusak logam ferrous, oleh karena itu logam ini tidak dilebur dalam
mesin cetak tekan. Paduan tembaga tidak pernah dilebur di dalam mesin, selain
itu pemilihan bahan dilakukan berdasarkan sifat mekanik, massa, kemampuan
permesinan, ketahanan korosi, penyelesaian permukaan dan biaya.
2.13. PADUAN SENG
Lebih dari 75% produk cetak tekan
terdiri dari paduan seng. Logam ini mudah dicetak, permukaan bersih dan rata,
daya tahan korosi baik dan biaya murah. Dikenal seng komersial dengan 99,99%
seng, sering disebut “special high grade”.
Untuk cetak-tekan diperlukan logam murni karena unsur-unsur seperti timah,
cadmium dan tin dapat menyebabkan kerusakan pada cetakan dan cacat sepuh (aging
defects). Unsure paduan lainnya aluminium, tembaga, dan magnesium, hanya dapat
ditambahkan dalam jumlah kecil saja.
Susunan dua paduan seng standar
untuk cetak-tekan dapat dilihat pada. Kedua paduan hamper sama (kecuali kadar
Cu-nya) dan dapat saling dipertukarkan. Aluminium dengan kadar 4%, meningkatkan
sifat mekanik paduan, selain itu, mencegah larutnya Fe. Tembaga meningkatkan
kekuatan tarik, keuletan dan kekerasan. Magnesium, kadar umumnya <0,04%
dapat menstabilkan benda coran.
Paduan seng banyak digunakan dalam
industry otomotif dan untuk mesin cuci, pembakar minyak, lemari es, radio,
gramafon, televise, mesin kantor, meteran parker, alat-alat, dan sebagainya.
2.14. PADUAN TIMAH
Timah murni cair pada suhu 327,40C
dan bila dicampur dengan 16% antimonium titik cairnya menurun menjadi 2400C.
Sb (antimonium) merupakan paduan utama dan ditambahkan sebanyak 9,25-16%.
Sifatnya mengeraskan dan mengurangi penyusutan. Timah murah dan mudah dicetak
akan tetapi sifat mekaniknya kurang baik. Timah dan paduannya untuk bantalan
ringan, pemberat/beban, bagian dari aki, pelindung radiasi sinar X dan sebagai
bahan tahan korosi.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. KESIMPULAN
Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam
yang tidak mengandung unsur besi (Fe). Logam non ferro murni kebanyakan tidak
digunakan begitu saja tanpa dipadukan dengan logam lain, karena biasanya
sifat-sifatnya belum memenuhi syarat yang diinginkan.
Logam bukan besi tidak ditemukan sebagai logam murni
di alam bebas. Biasanya terikat sebagai oksida dengan kotoran-kotoran membentuk
bijih-bijih. Pengolahan bijih logam bukan besi mengikuti beberapa tahap, yaitu
tahap penghalusan mineral, tahap pencucian, tahap pemisahan antara logam dan
kotoran, dan tahap peleburan.
Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi
(air atau kelembaban). Magnesium tahan terhadap korosi dalam lingkungan udara
biasa akan tetapi dalam air laut ketahanan korosinya dibawah baja biasa. Secara
umum dapat dikatakan, bahwa makin berat suatu logam bukan besi, maka makin baik
daya tahan nya terhadap korosi dan salah satu sifat atau ciri khas logam bukan
besi adalah: berat jenis nya.
DAFTAR PUSTAKA
Modul
2013.”Bahan Konstruksi Kimia”.Politeknik Negeri Sriwijaya.Palembang.
“https://www.google.com/search?q=tabel+paduan+tembaga%2C+seng%2C+dan+tin&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a”. Dikutip
pada 21 Maret 2013.
“http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22253/4/Chapter%20II.pdf”. Dikutip
pada 21 Maret 2013.
“file://localhost/G:/LOGAM%20BUKAN%20BESI/BERBAGI%20SEDIKIT%20INFORMASI%20DAN%20INSPIRASI%20%20LOGAM%20NON%20FERRO%20ATAU%20LOGAM%20BUKAN%20BESI.htm”. Dikutip
pada 21 Maret 2013.
“file://localhost/G:/SEM%204/LOGAM%20BUKAN%20BESI/LOGAM%20BUKAN%20BESI.htm”. Dikutip
pada 21 Maret 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar