PENGENDALIAN ON-OFF
(CRL 1)
1. TUJUAN
PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa
dapat:
Ø Melakukan
simulasi pengendalian on-off dengan menggunakan peralatan CRL
Ø Menjelaskan
pengertian Set-point,gain,open time
Ø Memahami
mekanisme pengendalian on-off
Ø Mencetak grafik pengendalian on-off dan menjelaskan
grafik tersebut
2.
BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
Ø
Satu
set unit CRL
Ø
Satu
set personal komputer
Ø
Air
dalam tangki penampungan
3.
DASAR TEORI
Peralatan simulasi
proses CRL dibuat oleh DIDACTA Italia dan dikembangkan untuk mempelajari teknik
pengendalian level (ketinggian) permukaan fluida cair, yang dalam hal ini
fluida yang digunakan adalh air. Konfigurasi yang digunakan untuk simulasi ini
adalah sistim loop terbuka (open loop) dan sistim loop tertutup (closed loop).
Selain itu, juga dipelajari mode pengendalian dengan pengendalian dengan
pengendali (controller) tak kontinyu (ON-OFF Controller) dan pengendali
kontinyu (Three tern-controller; P/I/D).
Metode pengendalian terbagi atas :
a. pengendalian diskontinyu
Ø pengendali dua posisi (on-off)
Ø pengendali dengan resitive
probes
b. pengendali kontinyu
Ø Proporsional (P), misal : pengendali flow, level
Ø pengendali proporsional Integral (PI), untuk flow, level, dan suhu
Ø pengendali pengendali Proporsional Derivatif (PD)
Ø pengendali Proporsional Integral Derivatif (PID)
PERALATAN
CRL
Bagian-bagian alat
pengendali ketinggian fluida (CRL) dan gambar panel contoh pengendali
ketinggian fluida dapat dilihat pada halaman lampiran. Peralatan CRL ini
terdiri dari beberapa unit :
1.
Tangki air kapasitas 20 liter
2. Pompa sentrifugasi dengan laju 20
liter/menit
3. Katup jenis PNEUMATIK proporsional dengan
input 3-5 psi
4.
Transduser I/P
5. Inlet udara tekan (dioperasikan pada 2
bar, min)
6.
Pengukur tekanan udara tekan
7. Alat pengatur tekanan udara tekan secara
manual
8.
Controller elektronik MiniReng
(alat tambahan)
9.
Peralatan listrik (panel CRL)
10.
Computer dan printer (aplikasi
window)
11.
Tangki bening berskala
12.
Katup pengeluaran manual, V1
dan V2
13.
Transduser P II
14.
Katup selenoid untuk input
gangguan (disturbance)
15.
Sinyal penggerak (actuating signal)
16.
Sinyal variable yang
dikendalikan (controller var, signal)
17.
Sinyal gangguan (noise)
URAIAN
SINGKAT
Liquid yang berada di tangki (1) di pompakan
ke tangki berskala (11) oleh pompa sentrifugal (2) dibawah pengendalian katup
pneumatic proporsional (3). Pengisian tangki berskala (11) menghasilkan tekanan
pada bagian dasar tangki yang ekivalen terhadap ketinggian (level) liquid dalam
tangki, dideteksi oleh transduser P/I (13) dan ditransmisikan sebagai sinyal Y
ke unit pengkondisi (panel Kontrol, 9) outputnya berupa sinyal X yang berasal
dari panel control (9) ditransmisikan ke katup pneumatic proporsional dengan
bantuan udara tekan yang disuplai oleh inlet udara tekan (5)
Katup V1 dan V2 dapat diatur secara manual
untuk tertutup dan terbuka penuh dalam hubungan dengan tangki berskala (11).
Katup solenoid (14) memungkinkan untuk pengendalian gangguan aliran air. Unit
pemakaian katup 14, V1 harus dalam keadaan terbuka penuh.
Panel Kontrol
Panel kontrol (9) terdiri
dari beberapa indikator yang menunjukkan kerja peralatan pada unit CRL ini
- Skalar utama (main switch) yang mensuplai arus listrik dari socket dinding
peralatan CRL.
- Lampu indicator kerja pompa,
menunjukkan pompa sedang hidup.
- Lampu indicator kerja level minimal
dan maksimal untuk pemakaian resislive
probe. Resitive probe terletak
di dalam tngki berskala, berbentuk seperti elektroda terbuat dari logam
dalam ukuran panjang berbeda.
- Penunjuk ketinggian (level ndicator) dalam satuan %
- Lampu indicator, menunjukkan posisi katup untuk menimbulkan gangguan sesuai posisi NO.
- 0-katup solenoid tidak diaktifkan secara manual
- PC-katup solenoid dikendalikan malalui computer
- Sinyal pengaturan, X dalam bentuk output analoq
- Sinyal dikendalikan, Y controller var, dalam bentuk output analog
- Selector pemilih untuk jenis mode control :
- pengendalian gerakan katup secara manual
- unit off (0) posisi pengendali tidak hidup
- pengendalian dengan resistive probe
- pengendalian dengan PC
- pengendalian dengan minireg, (alat tambahan)
- pengendalian dengan MRRP, (alat
tambahan)
- Pengaturan Katup secara manual (trimmer)
- Lampu penunjuk power suplai
Tipe pengendali ON-OFF
merupakan cara sederhana untuk mengimplementasikan kontrol otomatis menggunakan
aktuator dua posisi controller dengan open-close
position atau berdasarkan terminology biasa, ON-OFF position. Aksi
pengendali dapat terlihat seperti berikut ini :
0 per e -D
Xi = 1 per e D
Xi = -1 per e D
Dimana : Xi =
sinyal controller output pada waktu i
e = nilai perbedaan aliran
(error), e = Y-SP
D = hysterisis pada controller
Xi-1 = nilai sinyal pada waktu tertentu ( 0 atau 1)
Dalam beberapa kasus untuk e D , Xi = G damana G disebut gain dari regulator. Perubahan dari level ‘terbuka’ ke level ‘tertutup’ atau
sebaliknya, secara normal membutuhkan waktu tertentu, T sesuai dengan motorized valve. Dalam kasus software ON-OFF,
untuk mengeset semua parameter, contohnya :
SP set point (%)
D Hysterisis (%)
T open / closes time
G Gain
Pada
pengendalian ON-OFF, penggerak (actuator) hanya berada pada dua keadaan posisi
ON (hidup) atau posisi OFF (mati), dimana pada unit CRL ini diasumsikan katup
pneumatic berada pada posisi membuka atau menutup aliran yang menuju tangki
berskala.
Pada keadaan ini, katup
akan terbuka apabila level air berada dibawah dari level yang diinginkan (set-point) atau katup penutup apabila
level air melebihi dari set point. Disini akan terdapat batasan level (level threshold) yang berhubungan dengan
set point, apabila batasan ini dilampaui karena level bertambah atau berkurang,
katup juga berubah posisinya, hal ini akan menimbulkan perubahan posisi katup
disekitar batasan level, yang timbul pada pengoperasian normal. Ketika level
sedikit di bawah set point, katup akan terbuka sehingga level melebihi set
point dengan cepat, kemudian katup menutup dan level berkurang kembali dan
seterusnya berulang-ulang.
Untuk mengatasi masalah
ini dan mencegah ausnya penggerak (katup), ada baiknya diberikan dua batasan
level yang diatur secar simetris diatas dan dibawah set point.
Ø Batasan atas dilampaui apabila level
meningkat, katup akan menutup.
Ø Batasan bawah dilampaui apabila level
berkurang, katup akan terbuka.
Interval antara level yang
dikehendaki dengan salah satu batas level dinamakan HISTERISIS. Semakin besar histerisis,
semaknin rendah tekanan pada actuator.
PROPORSIONAL
Bagaian atau komponen mode
pengendali ini menyatakan error yang terjadi sebanding antara setpoint dan
harga terukur. Sebanding ini dinyatakan sebagai harga konstanta proporsional
(Kp) ketika sinyal regulasi mencapai 100% atau pneumatic terbuka penuh, error
mencapai level saturasi(jenuh), penambahan error tidak akan meningkatkan sinyal
regulasi
Disini perlu diketahui range
interval error agar sinyal regulasi dapat beroperasi antara 0%-100%. Range
variasi error dinyatakan sebagai proporsional band, atau pita proporsional.
Apabila error, e antara 0-pb , maka peran harga sinyal regular, x adalah
X= e.PB
Semakin besar PB semakin
kecil keluaran controller (x) unutk error yang sama, dengan kata lain , semakin
rendah gain proporsional kontroller. Sistem pengendalian yang hanay menggunakan
mode proporsional ini mempunyai ketentuan berikut :
a. Error
tidak dapat dieliminasi (dikurangi) dan sulit mencapai setpoint
b. Adanya
error sisa (residu) yang disebut OFF SET yang bertambah dengan bertambanhnya PB
DERIVATIF
Mode derivative juga dipergunakan
bergabung dengan mode proposional dengan persamaan:
X
(t(=Kp.e(t) + Kd.d/dT e(t)
Jika error konstan, derivative sebagai
fungsi waktu akan mempunyai harga nol (tidak ada output).mode proposional
derivative ini digunakan apabila diharapkan perubahan yang cepat dan dalam batas level yang diizinkan.oleh karena level
control mempunyai variasi beban yang rada lambat, penggunaan mode proposional
derivative kurang memberikan pengertian yang jelas.
Mode gabungan yang melibatkan
derivative yang digunakan pada CRL adalah mode gabungan atau PID (proposional,
integral, derivative) dengan persamaan :
X
(t) = Kp.e(t) + Ki.?t0 e(x)dx +Kd.d/dt e(t)
Gabungan ketiganya disini memberikan kemungkinan pengendalian yang
sempurna dan menghasilkan pengendalian yang optimal.
4.GAMBAR ALAT(TERLAMPIR)
5. PROSEDUR KERJA
1.
Selector kontrol (23)
dipanel kontrol unit CRL diset pada posisi “PC” dan selector noise (20) pada 0.
2.
Katup
V1 dan V2 dibuka dan volume tangki dikosongkan. Katup V2
diatur agar tertutup sekitar 25%, katup V1 tetap terbuka.
3.
Unit
CRL dihidupkan dengan mengaktifkan tombol saklar utama.
4.
Katup
tekanan (7) diputar sambil ditarik dan diatur dengan memutarkan katup tersebut
agar tekanan yang terbaca di (6) maksimal 2 bar.
5.
Computer dihidupkan,
program CRL dijalankan dan dipilih file “new”
6.
Dipilih regulator
On-Off pada “regulator type”, klik oke, lalu klik oke lagi
7.
Pada monitor PARAMETER,
dimasukkan :
-
Set point : 30%
-
Histerisis : 5%
-
Open Time : 2 s
-
Gain : 0,5
8.
Tombol “Start” ditekan
untuk memulai percobaan
9.
Kejadian di unit CRL
dan grafik terbentuk di observasi
10.
Setelah
berjalan 10 menit, tombol “FREEZE” ditekan. Hal
ini menyebabkan proses berhenti
11.
Parameter
diubah sesuai perintah instruktur, tekan ENTER atau klik Oke
12.
Tombol
start ditekan kembali, gerakan yang terjadi baik di unit CRL maupun grafik yang
terbentuk di observasi
13.
Langkah
11 diulangi apabila perlu. Tombol “FREEZE” ditekan, dan printer dihidupkan,
klik tombol “Print” untuk memulai pencetakan grafik
14.
Pada
akhir percobaan klik tombol “Quit” lalu yes file”, pilih Exit dan tekan yes
15.
Tangki
dikosongkan dan saklar utama dimatikan.
7. ANALISA PERCOBAAN
Dari praktikum yang telah dilakukan
dapat dianalisa bahwa dalam praktikum ini pengambilan data dan grafik dilakukan
sebanyak 5 kali dengan nilai gain,histerisi, set point dan open time yang bervariasi. Praktikum ini menggunakan mekanisme
pengendalian (controller) tak kontinyu (ON-OFF Controller).
Pada grafik 1 dengan nilai set point yang berbedaa yaitu 30% dan 50% . hal ini menunjukkan perbedaan yang terlihat
pada grafik level yang satu ke level yang lain berbeda sesuai dengan nialai yang di set. Dari grafik tersebut bahwa grafik 1 memilki
jarak actual signal yang baik. Untuk grafik 1 pada interval dapat di lihat bahwa histeritis yang set
menunjukan nilai batas atas dan batas bawah dari grafik.
Untuk
grafik 2 kami menggunakan set point
yaitu 70% dan 50 %. Dengan menggunakan histeritis 3% terlihat pada grafik bahwa
jarak antara interval batas atas dan batas bawahnya begitu jauh jarak antara
satu puncak dengan puncak yang jauh. Disini terjadi penurunan set point
sehingga terjadi penyesuaian pada alat untuk menuju set point yang di kehendaki
dan juga dapat dilihat bahwa interval puncak satu dengan puncak selajutnya
berbeda dikarenakan nilai histeritis yang digunakan berbeda.
Untuk
grafik 3 kami menggunakan set point
30% dan histeritis 1% di mana grafik jarak antar interval batas atas dan bawah
sangat rapat dan jaga grafik yang di hasilkan terlalu banyak puncak, hal ini
jarang diguakan karena apabila grafik yang di hasilkan terllu banyak mengakibat
alat yang digunakan cepat aush, karena di sini menggunakan pompa. Dapat di
bandingkan dengan grafik 1 dan 2 bahwa dalam hal ini menunjukkan semakin besar nilai
histerisi yang digunakan makia semaakin jauh jarak actual signal dan contr variabel.
Pada grafik 4 dan 5 dengan nilai gain yang berbeda yaitu 0,5 dari grafik tersebut
terlihat bahwa gain yang 0,5 actual signal tepat berda di garis set
point tetapi tidak dimasukkan grafik.
angka 0,5 maka actual signal
dibawah garis set point. Begitu juga sebaliknya jika gain yang dimasukkan diatas
0,5 maka actual signal berada diatas garis set point. Di badingkan dengan grafik 5, garis gain terletak
jauh diatas garis interval hal ini tidak
sesuai dengan histeritis yang kita gunakan.
Pada grafik 5 dengan nilai open time yang berbeda dari grafik 3 memiliki jarak actual signal yang sama dan jaraknya tidak begitu jauh untuk tiap
menitnya dan titik contr.variabel. sedangkan pada grafik 1 memilki jarak actual
signal yang sangat jauh untuk tiap menitnya dan puncak actual signal yang berada diatas set point. Dalam hal ini walaupun
open timenya berbeda titik control variabelnya untuk tiap menit akan sama dan
jarak act. Signal nya yang berbeda.
Pada pengendalian resistive proses dapat dianalisa bahwa system pengendalian secara resistive berbeda dengan
system pengendalian (On/Off). Pada pengendalain
resistive ini mengunakan tanki bening yang didalamnya terdapat buah probes yang
berfungsi untuk mengukur level fluida (R1, R2 dan R3), R1 dan R2 ini berfungsi
sebagai batas bawah sedangkan R3 berfungsi sebagai batas atas seperti pada
pengendalian on yang menggunakan histeritis.
Apabila katup pengeluaran terbuka dan tanki dalam keadaan
kosong dan seletor pada panel kontrol berada pada posisi resistive probes maka
air akan mengalir ke tanki. Sistem ini akan membuka katup pneumatic sebesar
100% sampai level mencapai R2 dan R3 dan setelah melewati batas atas, katup
akan menutup, level akan turun karena katup terbuka sehingga level mencapai R2
dan melewati batas bawahR2 tersebut, katup terbuka lagi, demikian berulang
seperti pada pengendalian yang lain. Dapat dilihat bahwa R3 berada pada posisi
level 85% sedangkan R2 berada pada level 75%. Proses pengisian air pada tanki
membutuhkan waktu sekitar ± 11,5 detik
setiap 10 % level. Sedangkan pada penurunan membutuhkan waktu 54, 3 detik
setiap 10% level.
8. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Ø Nilai set point,histerisi,open time dan
gain akan sangat berpengaruh pada saat pembuatan grafik
Ø Semakin besar nilai histerisis yang digunakan maka semakin jauh jarak actual signal
dan control variabel
Ø Walaupun open timenya berbeda titik control variabelnya untuk tiap menit akan
sama dan jarak act.signalnya yang berbeda
Ø Pengendalian ON-OFF dilakukan dengan
memanfaatkan sinyal tekanan
Ø R1 dan R2 ini berfungsi sebagai batas bawah
sedangkan R3 berfungsi sebagai batas
9. DAFTAR PUSTAKA
Josheet.2013. Penuntun
Praktikum Pengendalian Proses. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Sriwijaya
PENGENDALIAN PROSES CRL 2
PENGENDALIAN KONTINYU P/I/D
I.
Tujuan
Percobaan
Ø Membedakan
pengendalian tidak kontinyu dan pengedalian kontinyu
Ø Membandingkan
kebalikan dan kekurangan antara kedua pengendalian
Ø Membandingkan
antara pengendalian proporsional
Ø Mencetak
grafik dan menganalisa grafik yang terbentuk
II.
Alat
dan Bahan
Ø Seperangkat
peralata CRL
Ø Satu set personal komputer
Ø Air
III.
Dasar
Teori
Sistem pengendalian secara kotinyu berbeda dengan
sistem pengendalian tak kontinyu ON-OFF. Pada sisitem kontrol kontinyu,sistem
secara kontinyu melakukan evaluasi antara error dan set point dan secara
kontinyu pula memberikan masukan (input) bagi elemen kontrol akhir untuk
melakukan perubahan agar harga pengendalian (control point) mendekati atau sama
dengan harga setpoint sistem pengendalian kotinyu ini menggunakan tiga
terminologi berikut :
1. Proporsional
2. Integral
3. Derivatif
Sinyal yang diregulasi, yang berdasarkan
atas error (perbedaan antara set point dan kontrol point) ditentukan oleh
jumlah ketiga definisi diatas.
PROPORSIONAL
Bagaian atau komponen mode pengendali
ini menyatakan error yang terjadi sebanding antara setpoint dan harga terukur.
Sebanding ini dinyatakan sebagai harga konstanta proporsional (Kp) ketika
sinyal regulasi mencapai 100% atau pneumatic terbuka penuh, error mencapai
level saturasi(jenuh), penambahan error tidak akan meningkatkan sinyal regulasi
Disini
perlu diketahui range interval error agar sinyal regulasi dapat beroperasi
antara 0%-100%. Range variasi error dinyatakan sebagai proporsional band, atau
pita proporsional. Apabila error, e antara 0-pb , maka peran harga sinyal
regular, x adalah
X=
e.PB
Semakin
besar PB semakin kecil keluaran controller (x) unutk error yang sama, dengan
kata lain , semakin rendah gain proporsional kontroller. Sistem pengendalian
yang hanay menggunakan mode proporsional ini mempunyai ketentuan berikut :
a. Error
tidak dapat dieliminasi (dikurangi) dan sulit mencapai setpoint
b. Adanya
error sisa (residu) yang disebut OFF SET yang bertambah dengan bertambanhnya PB
INTEGRAL
Mode kontrol integral yang selalu
digunakan berpasangan dengan mode proporsional dengan persamaan:
X(t)
: Kp . E(t) + Ki t (x) dx
Dengan
metode gabungan ini error pertama-tama akan meningkatkan kenudian berkurang
dengan cepat oleh aksi proporsional. Error tidak akan menjadi nol dikarenakan
oleh adanya OFF SET. Aksi kontrol integral akan mengurangi error residu (OFF SET) dari proporsional dengan metode ini
dimungkinkan untuk mengurangi error secara tuntas, sedangkan kondisi
equilibrium baru memerlukan aliran masuk yang baru yang digerakkan oleh mode
integrasi juga.
Umumnya mode
gabungan ini digunakan ketika variable yang dikendalikan diharapkan mngalami
perubahan besar namun lambat yang memerlukan perubahan cukup besar pada sinyal
regulasi X.
DERIVATIF
Mode derivative juga
dipergunakan bergabung dengan mode proposional dengan persamaan:
X (t(=Kp.e(t) + Kd.d/dT e(t)
Jika error konstan,
derivative sebagai fungsi waktu akan mempunyai harga nol (tidak ada
output).mode proposional derivative ini digunakan apabila diharapkan perubahan
yang cepat dan dalam batas level yang
diizinkan.oleh karena level control mempunyai variasi beban yang rada lambat,
penggunaan mode proposional derivative kurang memberikan pengertian yang jelas.
Mode gabungan yang melibatkan
derivative yang digunakan pada CRL adalah mode gabungan atau PID (proposional,
integral, derivative) dengan persamaan :
X (t) = Kp.e(t) + Ki.?t0
e(x)dx +Kd.d/dt e(t)
Gabungan ketiganya disini memberikan
kemungkinan pengendalian yang sempurna dan menghasilkan pengendalian yang
optimal.
IV.
Langkah
Kerja
· Pengendalian Proporsional
1. Mengatur
selector control (23) di panel control unti CRL pada posisi PC dan
selector noise (20) pada posisi 0.
2. Membuka katup V1 dan V2 dan mengosongkan volume
tangki. Mengatur agar katup V2 tertutup sekitar 25%, katup V1 tetap terbuka.
3. Menghidupkan unit CRL dengan mengaktifkan tombol
saklar utama.
4. Memutar sambil menarik ke atas katup tekanan (7) dan
mengatur dengan memutar katup tersebut agar tekanan yang terbaca di (6)
maksimal 2 bar.
5. Menghidupkan computer, menjalankan program CRL dan
memilih file “New”.
6. Memilih regulator PID pada “Regulator Type”, klik oke,
lalu mengklik oke lagi.
7. Pada monitor PARAMETER, masukkan :
-
Set
point : 50 %
-
Proporsional
band : 100 %
-
Integrative
time : 0 menit
-
Derivative
time : 0 menit
-
Kemudian
mengklik oke, lalu oke lagi.
8.
Menekan
tombol “start” untuk memulai percobaan.
9.
Mengobservasi
kejadian di unit CRL dan grafik yang terbentuk.
10. Setelah grafik yang terbentuk Nampak, klik tombol
“freeze”, dan hidupkan printer, klik tombol “print” untuk memulai mencetak
grafik.
11. Mengubah parameter sesuai permintaan instruktur, klik
Param, masukkan harga yang diubah, tekan enter.
12. Menekan tombol start kembali, observasi gerakan yang
terjadi baik di unit CRL maupun grafik terbentuk.
13. Mengulangi langkah II apabila perlu. Menekan tombol
freeze dan hidupkan printer. Klik tombol print untuk memulai pencetakkan
grafik.
14. Pada akhir percobaan, klik tombol Quit lalu yes. Klik
file, pilih exit dan yes.
15. Mengosongkan tangki dan matikan saklar utama.
V.
Data
Pengamatan
VI.
Analisa
Percobaan
Setelah
melakukan percobaan “Pengendalian
Kontinyu PI/D” pada Pengendalian Ketinggian Cairan dapat dianalisa bahwa Proportional Integral Derivative (PID) adalah pengendalian jenis
kontinyu. Dengan jenis pengendalian Proportional
Integral Derivative (PID), sinyal akan lebih proporsional terhadap
perbedaan dengan adanya aksi derivatif. Dalam pengendalian Proportional Integral Derivative (PID) dapat diatur parameter
seperti set point (SP), Proportional Band (PB), Integral Time (IT), dan Derivative Time (DT) untuk mengetahui
nilai optimum masing-masing sehingga didapatkan respon pengendalian yang cepat,
tepat dan stabil. Pada pengendalian level ini, yang menjadi variabel proses
(PV) adalah ketinggian cairan atau level sedangkan variable termanipulasi (MV)
adalah aliran masuk air. Nilai Set point
(SP) yang diinginkan pada percobaan ini adalah 50 %.
Pada praktikum pengendalian level
ini, ada 3 parameter pengendali yang akan dioptimasi yaitu Proportional Band (PB), Integral
Time (IT), dan Derivative Time
(DT). Pengamatan yang pertama pada grafik 1 adalah pengendali Proportional (P) dengan memvariasikan
nilai Proportional Band (PB) tetapi
nilai Integral Time (IT) dan Derivative Time (DT) tetap yaitu 0
menit dan 0 menit, serta tidak diberikan nilai noise (gangguan) atau nilai noise
sama dengan nol (0) karena apabila diberi noise (gangguan) akan sulit membedakan antara respon pengendali
yang dipengaruhi oleh parameter Proportional
Integral Derivative (PID) atau dipengaruhi oleh noise (gangguan) atau beban.
Pada percobaan yang pertama ini praktikan memasukkan nilai Proportional Band (PB) sebesar 100 %.
Pada grafik tersebut terlihat bahwa garis act signal dan contr var terjadi
perpotongan serta mendekati set point. Sehingga didapatkan respon pengendalian
yang cepat, tepat dan stabil.
Pengamatan yang kedua pada grafik 2
adalah pengendali Proportional (P).
Pada pengendali tersebut praktikan memvariasikan Proportional (P) sebesar 50% tetapi nilai Integral Time (IT) dan
Derivative Time (DT) tetap yaitu 0,1 menit dan 0 menit, serta tidak
diberikan nilai noise (gangguan) atau
nilai noise sama dengan nol (0)
karena apabila diberi noise (gangguan)
akan sulit membedakan antara respon pengendali yang dipengaruhi oleh parameter Proportional Integral Derivative (PID)
atau dipengaruhi oleh noise (gangguan)
atau beban. Variasi nilai Proportional
Band (PB) untuk mendapatkan nilai paling baik, yaitu variabel proses (PV)
paling mendekati nilai Set point (SP)
dan nilai offset (error) paling
kecil. Nilai Proportional Band (PB) menunjukan
besarnya presentase perubahan nilai variabel proses (PV) yang dapat meghasilkan
perubahan variabel termanipulasi (MV). Semakin kecil nilai Proportional Band (PB) pengendali semakin peka dan tanggapan
semakin cepat, offset (error) yang
terjadi semakin kecil, tetapi sistem cenderung tidak stabil dan terjadi osilasi.
Variasi Proportional Band (PB) yang
praktikan lakukan mulai dari 150 %, dan 50 %. Dari kedua variasi tersebut
diambil besaran yang terbaik. Dari ketiga grafik tersebut, didapat besaran yang
terbaik yaitu pada Proportional Band
(PB) 50% karena pada grafik Proportional
Band (PB) 50% memiliki offset (error)
paling kecil di antara grafik dengan Proportional
Band (PB) 75% dan 100%. Pengaruh Proportional
Band (PB) pada proses pengendalian adalah semakin besar Proportional Band (PB) akan semakin besar pula nilai offset (error). Selanjutnya Praktikan
memvariasikan Set Point (SP) dari 50
% menjadi 70 % dengan nilai Propotional
Band (PB) sebesar 150 %, Integral
Time ( IT) sebesar 0 menit, dan Derivative
Time (DT) yaitu 0 menit. Dari grafik tersebut juga terlihat terjadi offset (error), karena semakin besar
nilai Propotional Band (PB) meskipun Set Point (SP) diubah makan semakin
besar juga offset (error).
Pengamatan yang ketiga pada grafik 3
adalah pengendali Proportional (P).
Pada pengendali tersebut praktikan memvariasikan Proportional (P) sebesar 150% tetapi nilai Integral Time (IT) dan
Derivative Time (DT) tetap yaitu 0,1 menit dan 0 menit, serta tidak
diberikan nilai noise (gangguan) atau
nilai noise sama dengan nol (0)
karena apabila diberi noise (gangguan)
akan sulit membedakan antara respon pengendali yang dipengaruhi oleh parameter Proportional Integral Derivative (PID)
atau dipengaruhi oleh noise (gangguan)
atau beban. Terlihat pada grafik bahwa dibandingkan dengan grafik yang
sebelumnya bahwa semakin besar nilai PB maka garis akan semakin jauh dari garis
set point.
Pengamatan yang keempat pada grafik
4 adalah pengendali Proportional Integral (PI) untuk menghilangkan offset (error) tetapi akan membuat
respon menjadi lambat dan sistem cenderung akan mudah tidak stabil. Untuk
pengendali Proportional Integral (PI) dilakukan dengan
memvariasikan nilai Integral Time
(IT), sedangkan nilai Proportional Band
(PB) digunakan nilai Proportional Band
(PB) terbaik pada optimasi pertama yaitu 100%, dan Derivative Time (DT) tetap yaitu 0 menit dengan , serta tidak
diberikan nilai noise (gangguan) atau
nilai noise sama dengan nol (0)
karena apabila diberi noise (gangguan)
akan sulit membedakan antara respon pengendali yang dipengaruhi oleh parameter Proportional Integral Derivative (PID)
atau dipengaruhi oleh noise (gangguan)
atau beban. Variasi nilai Integral Time
(IT) untuk mendapatkan nilai paling baik, yaitu variabel proses (PV) paling
mendekati nilai Set point (SP), waktu
yang diperlukan lebih cepat, dan nilai offset
(error) paling kecil. Nilai Integral Time
(IT) menunjukan besarnya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan nilai variabel
proses (PV) sama dengan Set point (SP)
dengan menghilangkan offset (error).
Semakin besar nilai Integral Time
(IT) semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk untuk mencapai nilai variabel
proses (PV) sama dengan Set point (SP)
dan offset (error) yang terjadi
semakin kecil. Variasi Integral Time
(IT) yang praktikan lakukan mulai dari 1 menit dan 0,5 menit Dari ketiga
variasi tersebut diambil besaran yang terbaik. Dari kedua grafik tersebut,
didapat besaran yang terbaik yaitu pada Integral
Time (IT) 1 menit karena pada grafik Integral
Time (IT) 1 menit memiliki offset
(error) paling kecil di antara grafik dengan Integral Time (IT) 0,5 menit. Pengaruh Integral Time (IT) pada proses pengendalian adalah semakin besar Integral Time (IT) akan semakin kecil nilai offset (error) dan memiliki waktu paling cepat untuk mencapai nilai
variabel proses (PV) sama dengan Set
point (SP).
Pengamatan kelima pada grafik 4
adalah pengendali Proportional Integral Derivative (PID) untuk mempercepat respon dan memperkecil overshoot yang terjadi di pengendali Proportional Integral (PI) karena responnya yang lambat untuk mendekati Set
Point (SP). Dengan memvariasikan nilai Proportional
(P) , Integral Time (IT) dan Derivative Time (DT) yaitu 100%, 0,5
menit, dan 0 menit. Sehingga diketahui bahwa respon yang lambat terjadi pada
pengendali Proportional Integral (PI). Untuk itu digunakan
pengendali Proportional Integral. Dengan optimasi yang terbaik
nilai Proportional (P) , Integral Time (IT) dan Derivative Time (DT) yaitu 100%, 1
menit, dan 0,5 menit. Dari hasil tersebut didapat respon yang lebih cepat dan offset (error) yang terjadi menjadi
mengecil.
Pengamatan yang kelima pada grafik 5
dan 6 adalah pengendali Proportional Integral Derivative (PID) untuk mempercepat respon dan memperkecil overshoot. Untuk pengendali Proportional Integral Derivative (PID)
dilakukan dengan memvariasikan nilai Derivative
Time (DT), sedangkan nilai Proportional
Band (PB) digunakan nilai Proportional
Band (PB) terbaik pada optimasi pertama yaitu 100%, dan Integral Time (IT) digunakan nilai Integral Time (IT) terbaik pada optimasi kedua yaitu 1 menit, serta
tidak diberikan nilai noise
(gangguan) atau nilai noise sama
dengan nol (0) karena apabila diberi noise
(gangguan) akan sulit membedakan antara respon pengendali yang dipengaruhi
oleh parameter Proportional Integral
Derivative (PID) atau dipengaruhi oleh noise
(gangguan) atau beban. Variasi nilai Derivative
Time (DT) untuk mendapatkan nilai paling baik, yaitu variabel proses (PV)
paling mendekati nilai Set point (SP),
waktu yang dibutuhkan paling cepat, memperkecil nilai overshoot yang dihasilkan oleh komponen integral dan meningkatkan
stabilitas kontroler proses gabungan, dan nilai offset (error) paling kecil. Nilai Derivative Time (DT) menunjukan besarnya waktu yang diperlukan
untuk menghasilkan nilai variabel proses (PV) sama dengan Set point (SP) dengan menghilangkan offset (error) dan memperkecil overshoot.
Semakin besar nilai Derivative Time
(DT) semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai variabel proses
(PV) sama dengan Set point (SP), overshoot yang dihasilkan kecil, dan offset (error) yang terjadi semakin
kecil. Tetapi besar Derivative Time
(DT) yang terlalu besar pun akan membuat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai
variabel proses (PV) sama dengan Set
point (SP) lebih lama, overshoot
lebih besar, dan memiliki offset
(error) yang lebih besar. Variasi Derivative
Time (DT) yang praktikan lakukan mulai dari 1 menit dan 0,2 menit. Dari
ketiga variasi tersebut diambil besaran yang terbaik. Dari kedus grafik
tersebut, didapat besaran yang terbaik yaitu pada Derivative Time (DT) 1 menit karena pada grafik Derivative Time (DT) 1 menit memiliki offset (error) paling kecil, overshoot yang paling kecil, dan waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai nilai variabel proses (PV) sama dengan Set point (SP) lebih cepat di antara
grafik dengan Integral Time (IT) 0,2
menit. Pengaruh Derivative Time (DT)
pada proses pengendalian adalah semakin besar Derivative Time (DT) akan semakin kecil nilai offset (error), semakin kecil nilai overshoot, dan memiliki waktu paling cepat untuk mencapai nilai variabel
proses (PV) sama dengan Set point (SP).
Dari ketiga optimasi parameter di
atas, maka dipilih pengendalian jenis Proportional
Integral Derivative (PID) yang sesuai digunakan untuk pengendalian level
karena pengendalian menghasilkan respon yang cepat untuk mencapai set point,
stabil (tidak terjadi osilasi), offset
(error) yang dihasilkan kecil, dan tanpa adanya overshoot. Dari variasi-variasi variabel (parameter) Proportional Integral Derivative (PID)
yang dilakukan pada praktikum pengendali level dengan Set Point sebesar 50%
diperoleh parameter yang memiliki nilai yang terbaik dengan menggunakan
variabel Proportional Band (PB) 100%,
Integral Time (IT) 1 menit, dan Derivative Time (DT) 1 menit.
VII.
Kesimpulan
Dari
praktikum pengendalian level, dapat disimpulkan bahwa :
Ø Pengendali
yang digunakan pada praktikum ini yaitu pengendali Proportional Integral Derivative (PID) dengan parameter Proportional Band (PB), Integral Time (IT), dan Derivative Time (DT).
Ø Pengendali
proporsional dan integral digunakan untuk menghilangkan offset (error), sedangkan pengendali derivatif untuk mempercepat
respon dan memperkecil overshoot.
Ø Dari
variasi yang kami lakukan respon yang baik dilakukan dengan Proportional Band (PB) 100% , Integral Time (IT) 1 menit, dan Derivative Time (DT) 1 menit.
Ø Jenis
pengendali yang paling sesuai untuk mengendalikan level cairan dengan
menggunakan CRL adalah Proportional
Integral derivative (PID).
TUGAS :
Diketahui : Set
Point : 50
%
Hrg. Pengukuran (Cm) :
47 %
Ki :
0,8
Proportional Band (PB) : 100 %
Integral Time (IT) : 0,5
Rentang Pengukuran : 0 – 100 %
Po : 50
%
Kd : 1,2
Derivatif : 0,7
Ditanya : % P dan % Pi .....?
Jawaban :
% Ep =
=
=
0,03 x 100 %
= 3 %
PB = 100/ Kp
Kp = 100/PB
= 100/ 100
= 1
a.
%
P = Kp. Ep + Po
= (0,66
x 2 %) + 50 %
= 51,3 %
b.
%
PI = Kp. Ep + Kp. ki +
Po
= (1
x 3 %) + (1. 0,8 (50(0)-50(0,5))) + 50 %
= 3 % - 24,2 % + 50 %
= 28,9 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar