I.
TUJUAN
PERCOBAAN
-
Mahasiswa dapat mengetahui proses esterifikasi.
-
Menerapkan reaksi esterifikasi dan menghitung persen hasil dari proses
esterifikasi.
II.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan:
-
Labu bulat leher dua 500 ml 1 buah
-
Batu didih 3 buah
-
Kondensor 1 buah
-
Erlenmeyer 100 ml 1 buah
-
Gelasi kimia 250 ml 1 buah
-
Corong buchner 1 buah
-
Kertas saring 1 buah
-
Kaca arloji 1 buah
-
Pipet ukur 10 ml 1
buah
-
Bola karet 1
buah
-
Spatula 1
buah
-
Batang pengaduk 1
buah
-
Penangas minyak 1
buah
-
Termometer 2 buah
-
Wadah es 1
buah
-
Pipet tetes 1
buah
Bahan yang digunakan:
-
Butan-1-01 46
ml
-
Asam asetat glasial 60
ml
-
Asam sulfat pekat 10
ml
-
Larutan jenuh natrium bikarbonat 50
ml
-
Natrium sulfat anhidrat 5 gr
-
Es secukupnya
-
Aquadest secukupnya
III.
DASAR TEORI
Dalam
ilmu kimia, ester adalah campuran organik dengan simbol R’ yang menggantikan
suatu atom hidrogen atau lebih. Ester juga dibentuk dengan asam yang tidak
tersusun teratur; sebagai contoh, dimetil sulfat yang juga disebut “asam
belerang, dimethyl ester” (Anonim, 2006).
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam
karboksilat dan alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk
ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik
(Fessenden, 1981).
Penamaan
ester hampir menyerupai dengan penamaan basa, walaupun tidak benar-benar
mempunyai kation dan anion, namun memiliki kemiripan dalam sifat lebih
elektropositif dan keelektronegatifan. Suatu ester dapat dibuat sebagai produk
dari suatu reaksi pemadatan pada suatu asam (pada umumnya suatu asam organik)
dan suatu alkohol ( atau campuran zat asam karbol), walaupun ada cara-cara lain
untuk membentuk ester. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di mana dua
molekul bekerja sama dan menghapuskan suatu molekul yang kecil, dalam hal ini
dua gugus OH yang merupakan hasil eliminasi suatu molekul air (Clark, 2002).
Suatu
reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi
dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan sebagai
sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari Essig-Äther
Jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil)
(Anshory, 2003).
Ester
dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol dan suatu asam
karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan kemudian alkanoat
(bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara metanol dan asam butir
menghasilkan ester metil butir C3H7-COO-CH3 seperti halnya air. Yang paling
sederhana adalah H-COO-CH3,metil metanoat. Karena ester dari asam yang lebih
tinggi, alkana menyebut dengan - oat pada akhiran. Secara umum Ester dari asam
berbau harum meliputi benzoat seperti metil benzoat (Anonim, 1995).
Reaksi
esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara
suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 1982).
Suatu
ester asam karboksilat mengandung gugus –CO2R dengan R dapat berbentuk alkil
maupun anil (Poedjiadi, 1994).
Laju
esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya
memainkan peranan kecil dalam laju pembentukkan ester (Fessenden, 1982).
H3C-COOH + HO-CH2-CH3 H3C-COO-CH2-CH3 + H2O
(Fessenden, 1982).
Proses
esterifikasi dengan asam fosfat yang berlangsung dalam tubuh kita disebut juga
proses fosforilasi dengan bantuan enzim esterase yang mampu memecah ikatan
ester dengan cara hidrolisis (Anshory, 2003).
Ester
diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus
-COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus
hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini kita hanya akan melihat kasus-kasus
dimana hidrogen pada gugus -COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun
tidak jauh beda jika diganti dengan sebuah gugus aril (yang berdasarkan pada
sebuah cincin benzen).
Contoh
esterifikasi
1.
Contoh ester umum – etil etanoal
Ester
yang paling umum dibahas adalah etil etanoat. Dalam hal ini, hidrogen pada
gugus -COOH telah digantikan oleh sebuah gugus etil. Rumus struktur etil
etanoat adalah sebagai berikut:
Perhatikan
bahwa ester diberi nama tidak sesuai dengan urutan penulisan rumus strukturnya,
tapi kebalikannya. Kata "etanoat" berasal dari asam etanoat. Kata
"etil" berasal dari gugus etil pada bagian ujung.
2.
Contoh ester yang lain
Pada
setiap contoh berikut, pastikan bahwa anda bisa mengerti bagaimana hubungan
antara nama dan rumus strukturnya.
Perhatikan
bahwa asam diberi nama dengan cara menghitung jumlah total atom karbon dalam
rantai – termasuk yang terdapat pada gugus -COOH. Misalnya, CH3CH2COOH
disebut asam propanoat, dan CH3CH2COO disebut gugus
propanoat.
Cara pembuatan ester
1.
Pembuatan ester dari asam karboksilat dan alcohol
Sifat kimiawi reaksi
Ester
dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan
katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang juga
digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung
melibatkan ester-ester aromatik (yakni ester yang mengandung sebuah cincin
benzen).
Reaksi
esterifikasi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan untuk
reaksi antara sebuah asam RCOOH dengan sebuah alkohol R’OH (dimana R dan R’
bisa sama atau berbeda) adalah sebagai berikut:
Dalam skala tabung uji
Asam
karboksilat dan alkohol sering dipanaskan bersama dengan adanya beberapa tetes
asam sulfat pekat untuk mengamati bau ester yang terbentuk
Untuk
melangsungkan reaksi dalam skala tabung uji, semua zat (asam karboksilat,
alkohol dan asam sulfat pekat) yang dalam jumlah kecil dipanaskan di sebuah
tabung uji yang berada di atas sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Karena
reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester yang terbentuk
tidak banyak. Bau khas ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau asam
karboksilat. Sebuah cara sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan
menaburkan campuran reaksi ke dalam sejumlah air di sebuah gelas kimia kecil.
Terkecuali
ester-ester yang sangat kecil, semua ester cukup tidak larut dalam air dan
cenderung membentuk sebuah lapisan tipis pada permukaan. Asam dan alkohol yang
berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester.
Ester-ester
kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau yang mirip dengan
pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut yang umum
misalnya pada lem).
Semakin
besar ester, maka aromanya cenderung lebih ke arah perasa buah buatan –
misalnya "buah pir".
Dalam skala yang lebih besar
Jika
anda ingin membuat sampel sebuah ester yang cukup besar, maka metode yang
digunakan tergantung pada (sampai tingkatan tertentu) besarnya ester.
Ester-ester kecil terbentuk lebih cepat dibanding ester yang lebih besar.
Untuk
membuat sebuah ester kecil seperti etil etanoat, anda bisa memanaskan secara
perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis
asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah
terbentuk.
Ini
dapat mencegah terjadinya reaksi balik. Pemisahan dengan distilasi ini dapat
dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah
diantara semua zat yang ada. Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran
yang tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga memiliki gaya antar-molekul yang
paling lemah.
Ester-ester
yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini, mungkin
diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama beberapa
waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa dipisahkan
dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran dengan
metode distilasi fraksional.
2.
Pembuatan ester dari alkohol dan asil klorida
(klorida asam)
Jika
kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka reaksi yang
terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu kamar menghasilkan
sebuah ester dan awan-awan dari asap hidrogen klorida yang asam dan beruap.
Sebagai
contoh, jika kita menambahkan etanol krlorida kedalam etanol, maka akan
terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil etanoat.
Reaksi-reaksi
dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding reaksi-reaksi yang
serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi yang terbentuk perlu
dipanaskan.
Mari
kita ambil contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat sebagai sebuah
reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol:
Reaksi
berlangsung lambat pada suhu kamar (atau lebih cepat pada pemanasan). Tidak ada
perubahan yang bisa diamati pada cairan yang tidak berwarna, tetapi sebuah
campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk
Etil asetat adalah senyawa organik
dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester
dari etanol
dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan
tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan
Et mewakili gugus
etil dan OAc mewakili asetat.
Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil
asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer
dari asam asetat dan etanol
dan hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis), biasanya dalam sintesis disertai
katalis asam seperti asam sulfat.
Reaksi
di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia.
Karena itu, rasio hasil dari reaksi di atas menjadi rendah jika air yang
terbentuk tidak dipisahkan. Di laboratorium,
produk etil asetat yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan menggunakan aparatus Dean-Stark.
Etil
asetat adalah pelarut
polar menengah yang volatil
(mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis.
Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen
yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton
yang bersifat asam
(yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif
seperti flor,
oksigen,
dan nitrogen.
Etil asetat dapat melarutkan air
hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan
8% pada suhu kamar.
Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini
tidak stabil dalam air yang mengandung basa
atau asam.
Reaksi
esterifikasi
Reaksi
esterifikasi Fischer adalah
reaksi pembentukan ester
dengan cara merefluks
sebuah asam karboksilat
bersama sebuah alkohol
dengan katalis
asam.
Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat
atau asam Lewis seperti skandium(III) triflat.
Pembentukan
ester melalui asilasi
langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer
lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam
(ekonomi atom
yang rendah) atau asil klorida
(sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan utama asilasi langsung adalah
konstanta kesetimbangan kimia
yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat,
dan pemisahan air
yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Stark
atau penggunaan saringan molekul.
Mekanisme
reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah
1. Transfer
proton dari katalis asam ke atom
oksigen karbonil,
sehingga meningkatkan elektrofilisitas
dari atom karbon karbonil.
2.
Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom
oksigen dari alkohol, yang bersifat nukleofilik
sehingga terbentuk ion
oksonium.
4.
Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang
diikuti oleh pelepasan molekul air menghasilkan ester.
Beberapa
Reaksi Ester :
1.
Reduksi
2.
Hidrolisis
3.
Ammonolisis
Reaksi
antara ester dengan ammonia menghasilkan suatu amida disebut Amonolisis. Reaksi
ammonolisis tidak memerlukan katalis.
4.
Transesterifikasi
Reaksi antara ester dengan alkohol menghasilkan ester
baru dengan gugus alkil (pada oksigen karbonil) dari alkohol yang baru.
Pada reaksi ini terjadi substitusi gugus alkil pada
oksigen karbonil ester.
5.
Reaksi
dengan Grignard
Reaksi bereaksi dengan 2 molekul reagen Grignard
menghasilkan alkohol.
“
Khusus untuk esterformiat “ alkohol 2
Variabel
yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi yaitu:
1.
Suhu
Hal
ini di karenakan sifat dari reaksi eksotermis, dan suhu dapat mempengaruhi
harga konstanta kecepatan reaksi
2.
Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan
sifatnya yang reversible,maka salah satu perekatan harus di buat berlebih agar
optimal saat pembentukan ester
3.
Pencampuran
Dengan
adanya pengadukan pada saat pencampuran,molekul-molekul pereaktan dapat
mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan secara
optimal
4.
Katalis
Adanya
katalisator dalam reaksi dapat mempercepat jalannya suatu reaksi. Kereakifan
dari katalis bergantung dari jenis dan konsentrasi yang digunakan.
5.
Waktu reaksi
Jika
waktu bereaksi lama maka kesempatan molekul-molekul pertumbukan semakin sering
Secara
umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan ini bergantung kepada
volatilitas ester:
Golongan 1
Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metal format, metal asetat,dan
etil format, titik didih ester lebih rendah dari pada alcohol, oleh karena itu
ester seger dapat dihilangkan dari campuran reaksi.produk metal asetat dengan
metode distilasi bachaus merupakan sebuah contoh dari golongan ini. Methanol
dan asam asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester segera dipisahkan
sebagai campuran uap dengan methanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi
di dasar tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alcohol dipisahkan lebih
lanjut dalam kolom distilasi yang ke dua.
Golongan 2
Ester
dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara menghilangkan air
yang terbentuk secara distilasi. Dalam beberapa hal, campuran terner dari
alcohol, air, dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak untuk di pisahkan
lebih lanjut dengan etil asetat, semua bagian ester di pindahkan sebagai
campuran uap dengan alcohol dan sebagian air, sedangkan sisa air akan
terakumulasi dalam system. Dengan butyl asetat, semua bagian air di pindahkan
ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alcohol, sedangkan sisa
ester terakumulasi dalam system
Golongan 3
Dengan
ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemunungkinan timbul. Dalam
hal butyl dan amil alcohol, air dipisahkan sebagaicampuran binet dengan
alcohol. Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat.
Untuk menghasilkan ester dari alcohol yang lebih pendek (metal, etil,propel)
dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzene dan toluene untuk memperbesar
air yang terdistilasi, dengan alcohol, bertitik didih tinggi (benzyl,furfural,
b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan
kandungan air dari campuran
Penggunaan ester:
Adapun
penggunaan ester dalam kehidupan yaitu
Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam
industri cat).
Sebagai zat wangi dan sari wangi.
Berperan pada saat pembuatan biodiesel
Untuk
esterifikasi fenol sintesis aspirin
Sifat fisik dari asam asetat (CH3COOH )
Nama alternatif : - asam metana karboksilat
- asam hidroksi ( Ac OH )
- hidrogen asetat ( H Ac )
- asam cuka
Bm : 60,05 gr/mol
Densitas : 1,049 gcm-3
Fase : cairan 1,2669 cm-3,
padatan
Titik lebur : 16,50C
Titik didih : 118,10C
Penampilan : cairan tak berwarna atau
cristal
Keasaman (pKa ) : 4,76 pada 250C
Sifat kimia dari asam asetat
Atom hidrogen pada gugus karboksilat dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+,
sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan
nilai pKa = 4,8. basa konjugasi adalah asetat. Sebuah larutan 1 M asam asetat
memiliki pH sekitar 2,4.
Sifat fisik dari
asam sulfat
Rumus
molekul : H2SO4
Massa
molar : 98,08 g/mol
Penampilan
: cairan bening, tak
berwarna, tak berbau
Densitas
: 1,84 g/cm3, cair
Titik
leleh : 10 °C, 283 K,
50 °F
Titik
didih : 337 °C, 610 K,
639 °F
Keasaman(pKa)
: −3
Viskositas
: 26,7cP (20 °C)
Sifat fisik dan kimia dari butan-1-ol
Rumus kimia : CH3( CH2 )3 OH
Bm : 58,12 gr/mol
Titik leleh : 134,8 K
Sp.gr pada 200C : 0,579
Densitas : 0,804 gr/ml
Kegunaan butil asetat:
- sebagai bahan
baku zat warna
- sebagai bahan
baku industri farmasi
- sebagai bahan
pengawet
- sebagai essens
pada makanan
IV.
PROSEDUR KERJA
Tahap Pembuatan Ester:
-
Memasukkan 46 ml
butan-1-01 ke dalam labu bundar leher dua, menambahkan 60 ml asam asetat
glasial. Menambahkan 10 ml asam sulfat pekat sedikit demi sedikit melalui
corong tetesyang dipasang pada salah satu leher mabu. Memasang kondenser.
-
Setelah semua asam
sulfat ditambahkan, melakukan refluk selama 3 jam, mendinginkannya hingga suhu
ruang.
-
Menuangkan larutan
tersebut ke corong pisah yang berisi 250 ml aquadest. Mengambil bagian atas
(ester kotor), bilas dengan 100 ml aquadest.
Tahap
Distilasi:
-
Menambahkan 50 ml
larutan jenuh natrium bikarbonat dan 50 mlaquadest ke larutan ester.
-
Melakukan distilasi
dan menampung kondensat n-butil asetat pada suhu 1240-1250C.
-
Menambahkan 5 gram
natrium anhidrat untuk mengeringkan n-butil asetat, saring dengan menggunakan
corong buchner.
-
Mengeringkannya
pada suhu 600C selama 30 m3nit.
V.
DATA PENGAMATAN
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
46 ml butanol + 60 ml CH3COOH + 10 ml H2SO4
|
-
Larutan
berwarna bening
-
Larutan
tidak menyatu
|
2.
|
Larutan direfluks selama 3 jam dengan temperatur 1180C
|
-
Mula-mula
larutan berwarna kuning stelah kelamaan berubah menjadi kuning kecoklatan
-
Larutan
tidak menyatu / terdapat endapan
|
3.
|
Larutan dimasukkan ke dalam corong pisah yang berisi 250 ml aquadest
|
-
Larutan terpisah menjadi dua bagian
-
Bagian atas
adalah ester dan bagian bawah adalah aquadest
|
4.
|
Larutan dipisahkan, dan didapatkan ester yang kemudian + 50 ml NaHCO3
jenuh + 50 ml aquadest
|
-
Saat
penambahan terjadi reaksi yaitu terdapat gelembung-gelembung.
-
Berwarna
kuning kecoklatan
|
5.
|
Lerutan didistilasi selama 1 ¼ jam dengan suhu 1240 - 1250C
|
-
Warna
destilat bening
-
Warna residu
kuning kecoklatan
|
6.
|
Dipisahkan dengan corong pisah
|
-
Terbentuk 2
lapisan
-
Bagian atas
berwarna bening (ester) dan bagian bawah berwarna keruh
|
7.
|
Ester ditambah dengan 5 gram natrium sulfat anhidrat
|
-
Berwarna
bening
-
Terdapat
endapan berwarna putih (kristal)
|
8.
|
Larutan disaring dengan menggunakan corong buchner
|
-
Terpisah
antara padatan dan cairannya
-
Padatannya
berwarna putih kristal
|
9.
|
Produk (butil asetat) ditimbang
|
-
Didapat
butil asetat sebanyak 16,6 gram
|
VI.
PERHITUNGAN
Pembuatan
larutan
-
Butanol (C4HgOH)
-
CH3COOH
Reaksi:
M : 0,5 mol 1,049 mol - -
S : - 0,549
mol 0,5 mol
0,5 mol
Tabel Neraca Massa
KOMPONEN
|
BM
gr / mol |
INPUT
|
OUTPUT
|
||
mol
|
gr
|
gr
|
mol
|
||
CH3COOH
|
60
|
1,049
|
62,94
|
0,549
|
32,94
|
CH4HgOH
|
17
|
0,5
|
37
|
-
|
-
|
CH3COOC4Hg
|
116
|
-
|
-
|
0,5
|
58
|
H2O
|
18
|
-
|
-
|
0,5
|
9
|
Total
|
|
1,549
|
99,94
|
1,549
|
99,94
|
-
% Konversi =
=
=
47,66 %
-
% Yield =
=
= 44,86 %
-
% Keslahan =
=
= 73,93 %
VII.
ANALISA
PERCOBAAN
Berdasarkan
percobaan esterifikasi yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa percobaan
yang telah dilakukan berhasil. Pembuatan butil asetat menggunakan butanol dan
asam asetat glasial dengan menggunakan katalis H2SO4.
Saat ditambahkan H2SO4 pada campuran, terdapat seperti
butir-butir minyak. Setelah campuran direfluks, larutan bening berubah menjadi
warna coklat tua. Hal ini disebabkan karena butanol dan asam asetat glasial
melepaskan ikatan dan saling berikatan satu sama lain. Katalis H2SO4
terbentuk kembali karena hasil refluks masih terdapat minyak. Hal ini berarti
katalis H2SO4 sebagai katalis hanya mendorong mempercepat
reaksi tetapi kembali seperti semula
sehingga H2SO4 tidak terpisah lagi dari produk.
Hasil
refluks tadi dimasukkan ke dalam corong pisah dan dibiarkan selama 5 hari dan
akan terbentuk ester kotor pada bagian atas berwarna coklat dan esternya
berwarna bening dan terdapat pada lapisan bawah. Ester yang telah dipisahkan
ditambahkan 5 gram natrium sulfat anhidrat dan terbentuk padatan. Kemudian
larutan tersebut disaring menggunakan corong buchner dan terpisah antara
padatan (kristal) dan cairannya. Kemudian padatannya yang berupa butil asetat
ditimbang, dan didapan berat produk sebesar 16,6 gram.
Hasil
praktek yang didapatkan lebih sedikit daripada teori dikarenakan karena
pemanasan yang dilakukan terlalu tinggi, jumlah reaktan yang berlebih serta
waktu yang diperlukan kurang tepat.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
o
Ester yang didapatkan sebanyak 16,6 gram berbentuk
kristal berwarna putih dan berbau harum.
o
Faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya butil asetat
yang terbentuk yaitu: suhu, reaktan, katalis dan waktu.
o
% yield :
44,86 %
o
% konversi :
47,66 %
o
% kesalahan :
73,93 %
IX.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Jobsheet 2012. “ Petunjuk Praktikum Satuan Proses 1 “. Politeknik
Negeri Sriwijaya Palembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar