Rabu, 01 Mei 2013

ESTERIFIKASI



I.         TUJUAN PERCOBAAN
-          Mahasiswa dapat mengetahui proses esterifikasi.
-          Menerapkan reaksi esterifikasi dan menghitung persen hasil dari proses esterifikasi.

II.      ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan:
-          Labu bulat leher dua 500 ml                          1 buah
-          Batu didih                                                      3 buah
-          Kondensor                                                     1 buah
-          Erlenmeyer 100 ml                                         1 buah
-          Gelasi kimia 250 ml                                       1 buah
-          Corong buchner                                             1 buah
-          Kertas saring                                                  1 buah
-          Kaca arloji                                                      1 buah
-          Pipet ukur 10 ml                                             1 buah
-          Bola karet                                                       1 buah
-          Spatula                                                           1 buah
-          Batang pengaduk                                           1 buah
-          Penangas minyak                                           1 buah
-          Termometer                                                    2  buah
-          Wadah es                                                       1 buah
-          Pipet tetes                                                      1 buah
Bahan yang digunakan:
-          Butan-1-01                                                     46 ml
-          Asam asetat glasial                                         60 ml
-          Asam sulfat pekat                                          10 ml
-          Larutan jenuh natrium bikarbonat                  50 ml
-          Natrium sulfat anhidrat                                  5 gr
-          Es                                                                   secukupnya
-          Aquadest                                                        secukupnya


III.   DASAR TEORI
Dalam ilmu kimia, ester adalah campuran organik dengan simbol R’ yang menggantikan suatu atom hidrogen atau lebih. Ester juga dibentuk dengan asam yang tidak tersusun teratur; sebagai contoh, dimetil sulfat yang juga disebut “asam belerang, dimethyl ester” (Anonim, 2006).
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik (Fessenden, 1981).
Penamaan ester hampir menyerupai dengan penamaan basa, walaupun tidak benar-benar mempunyai kation dan anion, namun memiliki kemiripan dalam sifat lebih elektropositif dan keelektronegatifan. Suatu ester dapat dibuat sebagai produk dari suatu reaksi pemadatan pada suatu asam (pada umumnya suatu asam organik) dan suatu alkohol ( atau campuran zat asam karbol), walaupun ada cara-cara lain untuk membentuk ester. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di mana dua molekul bekerja sama dan menghapuskan suatu molekul yang kecil, dalam hal ini dua gugus OH yang merupakan hasil eliminasi suatu molekul air (Clark, 2002).
Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H­+. Asam belerang sering digunakan sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari Essig-Äther Jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil) (Anshory, 2003).
Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol dan suatu asam karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan kemudian alkanoat (bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara metanol dan asam butir menghasilkan ester metil butir C3H7-COO-CH3 seperti halnya air. Yang paling sederhana adalah H-COO-CH3,metil metanoat. Karena ester dari asam yang lebih tinggi, alkana menyebut dengan - oat pada akhiran. Secara umum Ester dari asam berbau harum meliputi benzoat seperti metil benzoat (Anonim, 1995).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 1982).
Suatu ester asam karboksilat mengandung gugus –CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun anil (Poedjiadi, 1994).
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukkan ester (Fessenden, 1982).
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester yang dimaksud seperti reaksi singkat berikut:
H3C-COOH + HO-CH2-CH3  H3C-COO-CH2-CH3 + H2O
(Fessenden, 1982).
Proses esterifikasi dengan asam fosfat yang berlangsung dalam tubuh kita disebut juga proses fosforilasi dengan bantuan enzim esterase yang mampu memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis (Anshory, 2003).
Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini kita hanya akan melihat kasus-kasus dimana hidrogen pada gugus -COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh beda jika diganti dengan sebuah gugus aril (yang berdasarkan pada sebuah cincin benzen).
Contoh esterifikasi
1.      Contoh ester umum – etil etanoal
Ester yang paling umum dibahas adalah etil etanoat. Dalam hal ini, hidrogen pada gugus -COOH telah digantikan oleh sebuah gugus etil. Rumus struktur etil etanoat adalah sebagai berikut:
Perhatikan bahwa ester diberi nama tidak sesuai dengan urutan penulisan rumus strukturnya, tapi kebalikannya. Kata "etanoat" berasal dari asam etanoat. Kata "etil" berasal dari gugus etil pada bagian ujung.
2.      Contoh ester yang lain
Pada setiap contoh berikut, pastikan bahwa anda bisa mengerti bagaimana hubungan antara nama dan rumus strukturnya.
Perhatikan bahwa asam diberi nama dengan cara menghitung jumlah total atom karbon dalam rantai – termasuk yang terdapat pada gugus -COOH. Misalnya, CH3CH2COOH disebut asam propanoat, dan CH3CH2COO disebut gugus propanoat.

 Cara pembuatan ester
1.      Pembuatan ester dari asam karboksilat dan alcohol
Sifat kimiawi reaksi
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang juga digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung melibatkan ester-ester aromatik (yakni ester yang mengandung sebuah cincin benzen).
Reaksi esterifikasi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan untuk reaksi antara sebuah asam RCOOH dengan sebuah alkohol R’OH (dimana R dan R’ bisa sama atau berbeda) adalah sebagai berikut:
Dalam skala tabung uji
Asam karboksilat dan alkohol sering dipanaskan bersama dengan adanya beberapa tetes asam sulfat pekat untuk mengamati bau ester yang terbentuk
Untuk melangsungkan reaksi dalam skala tabung uji, semua zat (asam karboksilat, alkohol dan asam sulfat pekat) yang dalam jumlah kecil dipanaskan di sebuah tabung uji yang berada di atas sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Karena reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester yang terbentuk tidak banyak. Bau khas ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau asam karboksilat. Sebuah cara sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan menaburkan campuran reaksi ke dalam sejumlah air di sebuah gelas kimia kecil.
Terkecuali ester-ester yang sangat kecil, semua ester cukup tidak larut dalam air dan cenderung membentuk sebuah lapisan tipis pada permukaan. Asam dan alkohol yang berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester.
Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau yang mirip dengan pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut yang umum misalnya pada lem).
Semakin besar ester, maka aromanya cenderung lebih ke arah perasa buah buatan – misalnya "buah pir".
Dalam skala yang lebih besar
Jika anda ingin membuat sampel sebuah ester yang cukup besar, maka metode yang digunakan tergantung pada (sampai tingkatan tertentu) besarnya ester. Ester-ester kecil terbentuk lebih cepat dibanding ester yang lebih besar.
Untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil etanoat, anda bisa memanaskan secara perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.
Ini dapat mencegah terjadinya reaksi balik. Pemisahan dengan distilasi ini dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada. Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran yang tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga memiliki gaya antar-molekul yang paling lemah.
Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini, mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama beberapa waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran dengan metode distilasi fraksional.
2.   Pembuatan ester dari alkohol dan asil klorida (klorida asam)
Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka reaksi yang terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu kamar menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap hidrogen klorida yang asam dan beruap.
Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol krlorida kedalam etanol, maka akan terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil etanoat.     
                  3.      Pembuatan ester dari alkohol dan anhidrida asam
Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding reaksi-reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi yang terbentuk perlu dipanaskan.
Mari kita ambil contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat sebagai sebuah reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol:
Reaksi berlangsung lambat pada suhu kamar (atau lebih cepat pada pemanasan). Tidak ada perubahan yang bisa diamati pada cairan yang tidak berwarna, tetapi sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol dan hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis), biasanya dalam sintesis disertai katalis asam seperti asam sulfat.
CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3 + H2O
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Karena itu, rasio hasil dari reaksi di atas menjadi rendah jika air yang terbentuk tidak dipisahkan. Di laboratorium, produk etil asetat yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan menggunakan aparatus Dean-Stark.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
Reaksi esterifikasi
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti skandium(III) triflat.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam (ekonomi atom yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Stark atau penggunaan saringan molekul.
Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah
1.     Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
2.      Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
3.      Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks teraktivasi
4.      Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan molekul air menghasilkan ester.
Beberapa Reaksi Ester :
1.      Reduksi
2.      Hidrolisis
3.      Ammonolisis
Reaksi antara ester dengan ammonia menghasilkan suatu amida disebut Amonolisis. Reaksi ammonolisis tidak memerlukan katalis.
4.      Transesterifikasi
Reaksi antara ester dengan alkohol menghasilkan ester baru dengan gugus alkil (pada oksigen karbonil) dari alkohol yang baru. Pada reaksi ini terjadi substitusi gugus alkil pada oksigen karbonil ester.
5.         Reaksi dengan Grignard
Reaksi bereaksi dengan 2 molekul reagen Grignard menghasilkan alkohol.
“ Khusus untuk esterformiat “ alkohol 2
Variabel yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi yaitu:
1.      Suhu
Hal ini di karenakan sifat dari reaksi eksotermis, dan suhu dapat mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi
2.      Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya yang reversible,maka salah satu perekatan harus di buat berlebih agar optimal saat pembentukan ester
3.      Pencampuran
Dengan adanya pengadukan pada saat pencampuran,molekul-molekul pereaktan dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan secara optimal
4.      Katalis
Adanya katalisator dalam reaksi dapat mempercepat jalannya suatu reaksi. Kereakifan dari katalis bergantung dari jenis dan konsentrasi yang digunakan.

5.      Waktu reaksi
Jika waktu bereaksi lama maka kesempatan molekul-molekul pertumbukan semakin sering
Secara umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan ini bergantung kepada volatilitas ester:
               Golongan 1
   Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metal format, metal asetat,dan etil format, titik didih ester lebih rendah dari pada alcohol, oleh karena itu ester seger dapat dihilangkan dari campuran reaksi.produk metal asetat dengan metode distilasi bachaus merupakan sebuah contoh dari golongan ini. Methanol dan asam asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester segera dipisahkan sebagai campuran uap dengan methanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi di dasar tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alcohol dipisahkan lebih lanjut dalam kolom distilasi yang ke dua.
         Golongan 2
Ester dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara menghilangkan air yang terbentuk secara distilasi. Dalam beberapa hal, campuran terner dari alcohol, air, dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak untuk di pisahkan lebih lanjut dengan etil asetat, semua bagian ester di pindahkan sebagai campuran uap dengan alcohol dan sebagian air, sedangkan sisa air akan terakumulasi dalam system. Dengan butyl asetat, semua bagian air di pindahkan ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alcohol, sedangkan sisa ester terakumulasi dalam system
         Golongan 3
Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemunungkinan timbul. Dalam hal butyl dan amil alcohol, air dipisahkan sebagaicampuran binet dengan alcohol. Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat. Untuk menghasilkan ester dari alcohol yang lebih pendek (metal, etil,propel) dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzene dan toluene untuk memperbesar air yang terdistilasi, dengan alcohol, bertitik didih tinggi (benzyl,furfural, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan kandungan air dari campuran


            Penggunaan ester:
Adapun penggunaan ester dalam kehidupan yaitu
  Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam industri cat).
  Sebagai zat wangi dan sari wangi.
  Berperan pada saat pembuatan biodiesel
  Untuk esterifikasi fenol sintesis aspirin

Sifat fisik dari asam asetat (CH3COOH )
Nama alternatif           : - asam metana karboksilat
- asam hidroksi ( Ac OH )
- hidrogen asetat ( H Ac )
- asam cuka
Bm                              : 60,05 gr/mol
Densitas                      : 1,049 gcm-3
Fase                             : cairan 1,2669 cm-3, padatan
Titik lebur                    : 16,50C
Titik didih                   : 118,10C
Penampilan                  : cairan tak berwarna atau cristal
Keasaman (pKa )        : 4,76 pada 250C

Sifat kimia dari asam asetat
Atom hidrogen pada gugus karboksilat dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+, sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa = 4,8. basa konjugasi adalah asetat. Sebuah larutan 1 M asam asetat memiliki pH sekitar 2,4.
Sifat fisik dari asam sulfat
Rumus molekul           : H2SO4
Massa molar                : 98,08 g/mol
Penampilan                  : cairan bening, tak berwarna, tak berbau
Densitas                      : 1,84 g/cm3, cair
Titik leleh                    : 10 °C, 283 K, 50 °F
Titik didih                   : 337 °C, 610 K, 639 °F
Keasaman(pKa)          : −3
Viskositas                    : 26,7cP (20 °C)
Sifat fisik dan kimia dari butan-1-ol
Rumus kimia               : CH3( CH2 )3 OH
Bm                              : 58,12 gr/mol
Titik leleh                    : 134,8 K
Sp.gr pada 200C          : 0,579
Densitas                      : 0,804 gr/ml

Kegunaan butil asetat:
- sebagai bahan baku zat warna
- sebagai bahan baku industri farmasi
- sebagai bahan pengawet
- sebagai essens pada makanan

IV.   PROSEDUR KERJA
Tahap Pembuatan Ester:
-          Memasukkan 46 ml butan-1-01 ke dalam labu bundar leher dua, menambahkan 60 ml asam asetat glasial. Menambahkan 10 ml asam sulfat pekat sedikit demi sedikit melalui corong tetesyang dipasang pada salah satu leher mabu. Memasang kondenser.
-          Setelah semua asam sulfat ditambahkan, melakukan refluk selama 3 jam, mendinginkannya hingga suhu ruang.
-          Menuangkan larutan tersebut ke corong pisah yang berisi 250 ml aquadest. Mengambil bagian atas (ester kotor), bilas dengan 100 ml aquadest.
Tahap Distilasi:
-          Menambahkan 50 ml larutan jenuh natrium bikarbonat dan 50 mlaquadest ke larutan ester.
-          Melakukan distilasi dan menampung kondensat n-butil asetat pada suhu 1240-1250C.
-          Menambahkan 5 gram natrium anhidrat untuk mengeringkan n-butil asetat, saring dengan menggunakan corong buchner.
-          Mengeringkannya pada suhu 600C selama 30 m3nit.




V.      DATA PENGAMATAN

No
Perlakuan
Pengamatan
1.
46 ml butanol + 60 ml CH3COOH + 10 ml H2SO4
-       Larutan berwarna bening
-       Larutan tidak menyatu
2.
Larutan direfluks selama 3 jam dengan temperatur 1180C
-       Mula-mula larutan berwarna kuning stelah kelamaan berubah menjadi kuning kecoklatan
-       Larutan tidak menyatu / terdapat endapan
3.
Larutan dimasukkan ke dalam corong pisah yang berisi 250 ml aquadest
-        Larutan  terpisah menjadi dua bagian
-        Bagian atas adalah ester dan bagian bawah adalah aquadest
4.
Larutan dipisahkan, dan didapatkan ester yang kemudian + 50 ml NaHCO3 jenuh + 50 ml aquadest
-       Saat penambahan terjadi reaksi yaitu terdapat gelembung-gelembung.
-       Berwarna kuning kecoklatan
5.
Lerutan didistilasi selama 1 ¼ jam dengan suhu 1240 - 1250C
-       Warna destilat bening
-       Warna residu kuning kecoklatan
6.
Dipisahkan dengan corong pisah
-       Terbentuk 2 lapisan
-       Bagian atas berwarna bening (ester) dan bagian bawah berwarna keruh
7.
Ester ditambah dengan 5 gram natrium sulfat anhidrat
-       Berwarna bening
-       Terdapat endapan berwarna putih (kristal)
8.
Larutan disaring dengan menggunakan corong buchner
-       Terpisah antara padatan dan cairannya
-       Padatannya berwarna putih kristal
9.
Produk (butil asetat) ditimbang
-        Didapat butil asetat sebanyak 16,6 gram




VI.   PERHITUNGAN
Pembuatan larutan
-          Butanol (C4HgOH)
    
                 
           
                    
-          CH3COOH
    
    
            Reaksi:
            CH4HgOH        +          CH3COOH                   CH3COOC4Hg        +               H2O
M :       0,5 mol                                    1,049 mol                              -                           -
B :                    0,5 mol                                    0,5 mol                                         0,5 mol                   0,5 mol
S :             -                              0,549 mol                         0,5 mol                  0,5 mol
Tabel Neraca Massa
KOMPONEN
BM
gr / mol
INPUT
OUTPUT
mol
gr
gr
mol
CH3COOH
60
1,049
62,94
0,549
32,94
CH4HgOH
17
0,5
37
-
-
CH3COOC4Hg
116
-
-
0,5
58
H2O
18
-
-
0,5
9
Total

1,549
99,94
1,549
99,94


-          % Konversi     =
                       =
                       = 47,66 %

-          % Yield          =
=
= 44,86 %

-          % Keslahan    =
=
= 73,93 %

VII. ANALISA PERCOBAAN
Berdasarkan percobaan esterifikasi yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa percobaan yang telah dilakukan berhasil. Pembuatan butil asetat menggunakan butanol dan asam asetat glasial dengan menggunakan katalis H2SO4. Saat ditambahkan H2SO4 pada campuran, terdapat seperti butir-butir minyak. Setelah campuran direfluks, larutan bening berubah menjadi warna coklat tua. Hal ini disebabkan karena butanol dan asam asetat glasial melepaskan ikatan dan saling berikatan satu sama lain. Katalis H2SO4 terbentuk kembali karena hasil refluks masih terdapat minyak. Hal ini berarti katalis H2SO4 sebagai katalis hanya mendorong mempercepat reaksi tetapi  kembali seperti semula sehingga H2SO4 tidak terpisah lagi dari produk.
Hasil refluks tadi dimasukkan ke dalam corong pisah dan dibiarkan selama 5 hari dan akan terbentuk ester kotor pada bagian atas berwarna coklat dan esternya berwarna bening dan terdapat pada lapisan bawah. Ester yang telah dipisahkan ditambahkan 5 gram natrium sulfat anhidrat dan terbentuk padatan. Kemudian larutan tersebut disaring menggunakan corong buchner dan terpisah antara padatan (kristal) dan cairannya. Kemudian padatannya yang berupa butil asetat ditimbang, dan didapan berat produk sebesar 16,6 gram.
Hasil praktek yang didapatkan lebih sedikit daripada teori dikarenakan karena pemanasan yang dilakukan terlalu tinggi, jumlah reaktan yang berlebih serta waktu yang diperlukan kurang tepat.

VIII.   KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
o   Ester yang didapatkan sebanyak 16,6 gram berbentuk kristal berwarna putih dan berbau harum.
o   Faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya butil asetat yang terbentuk yaitu: suhu, reaktan, katalis dan waktu.
o   % yield                       : 44,86 %
o   % konversi                 : 47,66 %
o   % kesalahan               : 73,93 %

IX.         DAFTAR PUSTAKA
-            Jobsheet 2012. “ Petunjuk Praktikum Satuan Proses 1 “. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar