SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
(AAS
1)
I. TUJUAN
PERCOBAAN
Setelah
melakukan percobaan ini, mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Menggunakan
alat spektrofotometri serapan atom
2. Menganalisis
cuplikan secara spektrofotometri serapan atom
II. ALAT
DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Alat Yang
Digunakan:
1. Peralatan
GBC AAS 932 Plus
2. Lampu
katoda rongga (misalnya Cu dan Fe)
3. Labu
takar 1 liter
4. Labu
takar 100 ml
5. Gelas
piala
6. Gelas
arloji
7. Corong
gelas
8. Batang
pengaduk
9. Pipet
tetes
10. Pipet
ukurb1 ml
11. Botol
semprot
Bahan Yang
Digunakan:
1. Larutan
standar yang bersesuaian dengan lampu yang digunakan (larutan Mg)
2. Aquabidest/
Aquadest
3. Sampel : air ledeng, air sungai, dan air sumur
III.
DASAR TEORI
Spektrofotometri
serapan atom merupakan salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan unsur-unsur didalam suatu bahan dengan kepekaan ketelitian serta
selektivitas tinggi.
Pada
perkembangan terakhir cara analisis spektrofotometer serapan atom selain
atominasi dengan nyala (FAAS = Flame
Atomic Absorption Spectrophotometry), dapat juga dilakukan atomisasi tanpa
nyala yaitu dengan menggunakan energi listrik pada batang karbon (GFAAS = Grafit Furnance Atomic Absorption
Spectrophotometry) atau bahkan hanya dengan penguapan (CVAAS = Cold Vapor Atomic Absorption
Spectrophotometry), misalnya pada analisis Hg.
Proses
atomisasi dengan energi listrik pada batang karbon dapat mengurangi gangguan spectrum emisi dari
nyala atau absorpsi oleh nyala dan besarnya suhu dapat diatur dengan mudah
dengan mengatur arus listrik yang digunakan.
Spektrofotometri
serapan atom adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada proses
penyerapan energi radiasi atom-atom yang berada pada tingkat energy dasar (ground state).
Penyerapan
energi tersebut menyebabkan tereksitasinya electron dalam atom ke tingkat yang lebih tinggi (exited state). Pengurangan intensitas radiasi yang diberikan
sebanding dengan jumlah atom pada tingkat energi dasar yang menyerap energi
radiasi tersebut. Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan
(transmitan) atau mengukur intensitas radiasi yang diserap (absorbansi) maka
konsentrasi unsure di dalam cuplikan dapat ditentukan.
Metode
analisis ini sangat selektif karena frekuensi radiasi diserap adalah
karakteristik untuk setiap unsur. Radiasi yang diserap ini adalah radiasi
resonansi, yaitu radiasi yang berasal dari di-eksitasi atom dari tingkat energi
eksitasi ke tingkat energi dasar.
Dalam
spektrofotometri serapan atom, lampu katoda rongga (Hollow cathode lamp) digunakan sebagai sumber radiasi resonansi
yang diberikan. Lampu ini sesuai dengan unsur yang akan dianalisis. Radiasi
resonansi ini mempunyai panjang gelombang atau frekuensi yang karakteristik
untuk setiap unsur.
Bila
seberkas sinar radiasi dengan intensitas I0 dilewatkan melalui
medium yang panjangnya b dan mengandung atom-atom pada tingkat energi dasar
dengan konsentrasi c, maka radiasi akan diserap sebagian dan intensitas radiasi
akan berkurang menjadi I, sehingga berlaku persamaan:
I
= I0.10-abc
atau
T
= I/I0 = 10-abc
Jika –log T = A
maka Log I0/I = a.b.c
dan
A = a.b.c
dengan,
a
= k/2.303
= koefisien serapan (serapan molar)
k
= konstanta
perbandingan
A
= log
I0/I = absorbansi
I/I0
= transmitansi
(T)
Syarat
gas yang digunakan dalam FAAS adalah sebagai berikut:
1. Campuran
gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisis sehingga efisiensi atomisasi yang tinggi;
2. Disarankan
tidak menggunakan oksigen murni karena mudah terjadi ledakan;
3. Gas
cukup murni dan bersih, ketidakmurnian gas dan atau adanya debu dapat
menyebabkan spectrum dan nyala tidak stabil;
4. Gas-gas
cukup aman, tidak beracun, dan mudah dikendalikan
Untuk
keperluan rutin, cukup sediakan 2 jenis campuran gas, yaitu:
1. Udara
– asetilen, dapat digunakan analisis 35 unsur, temperatur nyala 1900 – 2100 0C;
2. N2O
– asetilen, dapat digunakan analisis 37 unsur, temperatur nyala 2200 – 3200 0C.
Peralatan:
Setiap alat AAS terdiri atas komponen:
1. Unit atomisasi
Atomiser nyala
Tujuan Atomisasi : untuk mendapatkan atom-atom netral
Atomisasi dapat dilakukan dengan nyala api (paling banyak digunakan) atau tanpa nyala api
Perlu diperhatikan : panjang/lebar nyala = tebal kuvet, sehingga memenuhi hukum Lambert-Berr
Gas pengoksidasi = Udara, campuran O2 + N2O
Gas pembakar
Setiap alat AAS terdiri atas komponen:
1. Unit atomisasi
Atomiser nyala
Tujuan Atomisasi : untuk mendapatkan atom-atom netral
Atomisasi dapat dilakukan dengan nyala api (paling banyak digunakan) atau tanpa nyala api
Perlu diperhatikan : panjang/lebar nyala = tebal kuvet, sehingga memenuhi hukum Lambert-Berr
Gas pengoksidasi = Udara, campuran O2 + N2O
Gas pembakar
Bahan bakar = udara dengan propane
(AP)
udara dengan asetilen (AA) N2O dengan asetilen (NA)
Udara-hidrogen (AH)
udara dengan asetilen (AA) N2O dengan asetilen (NA)
Udara-hidrogen (AH)
Tahap pembentukan atom dari larutan
zat:
1. Pengkabutan
2. Penguapan pelarut
3. Penguraian zat menjadi atom
Contoh proses pembentukan atom Pb dari PbNO3 adalah sbb:
Pb(NO3)2.H2O Pb(NO3)2 + H2O
Pb(NO3)2 PbO + NO
PbO Pb + O (atom-atom netral)
1. Pengkabutan
2. Penguapan pelarut
3. Penguraian zat menjadi atom
Contoh proses pembentukan atom Pb dari PbNO3 adalah sbb:
Pb(NO3)2.H2O Pb(NO3)2 + H2O
Pb(NO3)2 PbO + NO
PbO Pb + O (atom-atom netral)
2. Sumber radiasi
- Lampu Wolfram
- Lampu katoda berongga
- Tabung awan muatan gas (Gas Discharge Tubes)
- Lampu Wolfram
- Lampu katoda berongga
- Tabung awan muatan gas (Gas Discharge Tubes)
3. Monokromator
Monokromator celah dan kisi difraksi.
Kesulitan : monokromator tidak dapat menghalangi radiasi nyala menuju detector.
Radiasi nyala dan radiasi yang diteruskan akan bergabung menuju detector.
Pt = Po –Pa berlaku hokum Lambert - Beer
Pt = Po – Pa + Pe tdk berlaku hukum Lambert – Beer
Monokromator celah dan kisi difraksi.
Kesulitan : monokromator tidak dapat menghalangi radiasi nyala menuju detector.
Radiasi nyala dan radiasi yang diteruskan akan bergabung menuju detector.
Pt = Po –Pa berlaku hokum Lambert - Beer
Pt = Po – Pa + Pe tdk berlaku hukum Lambert – Beer
4. Detektor
Fungsi : mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik
Umum digunakan : tabung penggandaan foton ( PMT = Photo Multiplier Tube Detector)
Analisa Kuantitatif
Kelebihan AAS:
1. Proses analisisnya cepat
2. Ketelitiannya sampai tingkat runut
3. Tidak memerlukan pemisahan pendahuluan
Fungsi : mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik
Umum digunakan : tabung penggandaan foton ( PMT = Photo Multiplier Tube Detector)
Analisa Kuantitatif
Kelebihan AAS:
1. Proses analisisnya cepat
2. Ketelitiannya sampai tingkat runut
3. Tidak memerlukan pemisahan pendahuluan
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
1. Larutan sample diusahakan seencer mungkin (konsentrasi ppm atau ppb). Kadar unsur yang
1. Larutan sample diusahakan seencer mungkin (konsentrasi ppm atau ppb). Kadar unsur yang
dianalisis
tidak lebih dari 5% dalam pelarut yang sesuai
2. Hindari pemakaian pelarut aromatic atau halogenida. Pelarut organik yang umum digunakan
2. Hindari pemakaian pelarut aromatic atau halogenida. Pelarut organik yang umum digunakan
adalah
keton, ester dan etil asetat.
3. Pelarut yang digunakan adalah pelarut untuk analisis (p.a)
3. Pelarut yang digunakan adalah pelarut untuk analisis (p.a)
Langkah analisis kuantitatif:
1. Pembuatan Larutan Stok dan larutan standar
2. Pembuatan kurva baku
1. Pembuatan Larutan Stok dan larutan standar
2. Pembuatan kurva baku
Persamaan Garis Lurus : Y = a + bx
a = intersept
b = slope
x = konsentrasi
Y= absorbansi
n(Σxy)-( Σx)(Σy)
b = -----------------------
n Σ x2 – (Σx)2
Σy -bΣx
a = -------------
n
a = intersept
b = slope
x = konsentrasi
Y= absorbansi
n(Σxy)-( Σx)(Σy)
b = -----------------------
n Σ x2 – (Σx)2
Σy -bΣx
a = -------------
n
3. Penentuan
Kadar sample
Dapat dilakukan dengan memplotkan data absorbansi terhadap konsentrasi atau dengan cara mensubstitusi absorbansi ke dalam persamaan garis lurus.
Gangguan Pada analisa SAA
Penyebab: faktor matriks sample dan faktor kimia
Faktor matriks sample dapat berupa:
- Pengendapan unsure yang dianalisa,
Penyebab : hidrolisis ion-ion logam dalam air dan reaksi dg anion lain
Pencegahan: mengasamkan larutan (mencegah hidrolisa)
- Jumlah cuplikan dan standar yang mencapai nyala tidak sama
Penyebab : perbedaan sifat-sifat fisik larutan cuplikan dan standar
Faktor kimia:
a. Disosiasi tak sempurna dari senyawa-senyawa
Pembentukan senyawa refraktori, spt : kalsium fosfat, syw-syw fosfat, silikat, aluminat, dan
Dapat dilakukan dengan memplotkan data absorbansi terhadap konsentrasi atau dengan cara mensubstitusi absorbansi ke dalam persamaan garis lurus.
Gangguan Pada analisa SAA
Penyebab: faktor matriks sample dan faktor kimia
Faktor matriks sample dapat berupa:
- Pengendapan unsure yang dianalisa,
Penyebab : hidrolisis ion-ion logam dalam air dan reaksi dg anion lain
Pencegahan: mengasamkan larutan (mencegah hidrolisa)
- Jumlah cuplikan dan standar yang mencapai nyala tidak sama
Penyebab : perbedaan sifat-sifat fisik larutan cuplikan dan standar
Faktor kimia:
a. Disosiasi tak sempurna dari senyawa-senyawa
Pembentukan senyawa refraktori, spt : kalsium fosfat, syw-syw fosfat, silikat, aluminat, dan
oksida-oksida
dari logam alkali tanah dan Mg.
Contoh : analisis logam kalsium, jika terdapat silikat dalam larutan maka akan terjadi:
CaO + MO.SiO2 CaO(SiO2)x + hasil reaksi lainnya
Penanggulangan:
- Penggunaan nyala yang lebih tinggi suhunya
- Penambahan unsur pembebas (releasing agent)
Contoh: Sr dan La, akan mengikat fosfat
- Ekstraksi unsur pengganggu atau unsure yang akan dianalisa
Contoh : analisis logam kalsium, jika terdapat silikat dalam larutan maka akan terjadi:
CaO + MO.SiO2 CaO(SiO2)x + hasil reaksi lainnya
Penanggulangan:
- Penggunaan nyala yang lebih tinggi suhunya
- Penambahan unsur pembebas (releasing agent)
Contoh: Sr dan La, akan mengikat fosfat
- Ekstraksi unsur pengganggu atau unsure yang akan dianalisa
b. Ionisasi
atom-atom di dalam nyala
Penanggulangan : menambahkan zat-zat yang memiliki potensial ionisasi lebih rendah dari zat
Penanggulangan : menambahkan zat-zat yang memiliki potensial ionisasi lebih rendah dari zat
yang
dianalisa dalam jumlah yang cukup besar, baik dalam cuplikan maupun larutan
standar
c. Penyerapan non atomic
Penyebab : - Konsentrasi cuplikan tinggi
- Suhu nyala kurang tinggi
- Panjang gelombang molekul berimpit dengan puncak atau garis serapan atom
unsur yang dianalisa
Penanggulangan:
1. Bekerja pada panjang gelombang yang lebih tinggi
2. Dengan menggunakan nyala yang suhunya lebih tinggi
3. Mengukur besarnya penyerapan non atomic
Koreksi terhadap adanya penyerapan non atomic dapat dilakukan dengan cara:
1. Absorban cuplikan diukur seperti biasa dengan menggunakan lampu hollow katoda
2. Dilakukan lagi pengukuran absorban pada pjg gelombang yang sama tetapi menggunakan
c. Penyerapan non atomic
Penyebab : - Konsentrasi cuplikan tinggi
- Suhu nyala kurang tinggi
- Panjang gelombang molekul berimpit dengan puncak atau garis serapan atom
unsur yang dianalisa
Penanggulangan:
1. Bekerja pada panjang gelombang yang lebih tinggi
2. Dengan menggunakan nyala yang suhunya lebih tinggi
3. Mengukur besarnya penyerapan non atomic
Koreksi terhadap adanya penyerapan non atomic dapat dilakukan dengan cara:
1. Absorban cuplikan diukur seperti biasa dengan menggunakan lampu hollow katoda
2. Dilakukan lagi pengukuran absorban pada pjg gelombang yang sama tetapi menggunakan
sinar
lampu hydrogen, sehingga yang diukur adalah absorban non atomic
3. Absorban atomic = selisih hasil pengukuran 1 dan 2.
3. Absorban atomic = selisih hasil pengukuran 1 dan 2.
Pada analisis kuantitatif, ada tiga
macam metode yang sesuai dan secara umum lebih sering digunakan pada penentuan
unsur di dalam suatu bahan, seperti yang akan diuraikan di bawah ini.
1. Metode
relatif, yaitu dengan mengukur absorbansi atau transmitasi dari larutan blanko,
larutan standar, dan larutan cuplikan. Rumus perhitungan yang digunakan:
=
Cs =
Co
dengan:
Ab =
absorbansi larutan baku
Ao =
absorbansi larutan blanko
As =
absorbansi larutan cuplikan
Co =
konsentrasi larutan baku
Cs =
konsentrasi larutan cuplikan
2. Metode
kurva kalibrasi/standar, yaitu dengan membuat kurva antara konsentrasi larutan
standar (sebagai absis) lawan absorbansi
(sebagai ordinat) yang kurva tersebut berupa garis lurus. Kemudian
dengan cara menginterpolasikan ansorbansi larutan cuplikan ke dalam kurva
standar tersebut, akan diperoleh konsentrasi larutan cuplikan.
3. Metode
penambahan standar
Untuk kondisi
tertentu, metode kurva kalibrasi baik karena adanaya matrik yang menganggu
pengukuran absorbansi atau transmitannya.
Pada metode ini,
dibuat sederetan larutan cuplikaan dengan konsentrasi yang masing-masing
ditambah larutan standar, dan unsur yang dianalisis oleh konsentrasi mulai dari
0 ppm sampai konsentrasi tertentu.
Absorbansi
masing-masing larutan diukur dan dibuat kurva absorbansi terkonsentrasi unsur
standar yang ditambahkan. Ekstrapolasi dari kurva ke konsentrasi akan diperoleh
intrersep yang merupakan konsentrasi unsur di dalam cuplikan yang akan diukur.
Selain
cara ekstrapolasi, konsentrasi unsur di dalam larutan cuplikan dapat dihitung
dengan persamaan:
Cs = X
dengan:
Cs = konsentrasi unsure di dalam larutan cuplikan
Ao = absorbansi larutan cuplikan tanpa penambahan larutan standar
Aadd = absorbansi larutan cuplikan dengan penambahan standar
X =
konsentrasi unsur standar yang ditambahkan
Gangguan-gangguan
yang mungkin terjadi pada metode spektrofotometri serapan atom, antara lain
gangguan karena serapan latar, gangguan matriks, gangguan kimia, gangguan
ionisasi, gangguan spectra dan gangguan.
IV. PROSEDUR
PERCOBAAN
SOP GBC AAS 932
Plus
A. Setting
Gas Supply
1. Menge-set gas Acytelene pada range 8 – 14 psi
2. Menge-set
Compress Air (udara tekan) pada range 45 – 60 psi
3. Menge-set
gas N2O pada range 45 – 60 psi
(panaskan N2O
dengan menghubungkan kabel di regulator ke sumber PLN)
4. Menyalakan
blower (exhause)
B. Setting
Instrumen
1. Menghidupkan
computer
2. Memilih
icon versi 1.33, mengklik dua kali. Menunggu hingga selesai.
3. Mengklik
metode, lalu mengatur dengan ketentuan berikut:
-
Description (mengatur
unsure yang akan diamati; memasukkan nama unsure atau mengklik pada tabel
sistem perioda)
-
Instrumen (memasukkan
arus lampu dan panjang gelombang maksimum, sesuai tabel di dalam kotak lampu)
-
Measurement (pilih
integration, memasukkan waktu pembacaan dan jumlah replica yang akan digunakan)
-
Calibrasi (memilih
linier least square trought zero)
-
Standard (menambah atau
mengurangi row sesuai jumlah standar yang digunakan)
-
Quality (membiarkan
seperti apa adanya)
-
Flame (memilih tipe
nyala api pembakaran, memilih Air-Acetylen)
4. Meng-klik
sampel
-
Menambah atau
mengurangi row untuk sampel yang digunakan
5. Meng-klik
analisis (menghubungkan dengan file, membiarkan seperti adanya)
6. Meng-klik
result (menampilkan layar untuk pengamatan hasil)
C. Persiapan
Sampel
Menyiapkan
sampel, mengencerkan bila perlu (koordinasi dengan instruktur)
D. Pengukuran
Sampel
1. Menekan
air acytelene diikuti IGNITION (penyalaan).
2. Meng-klik
START pada aplikasi window, menunggu sampai terbaca instrument ready di bagian
bawah layar.
3. Meng-klik
ZERO pada window, menunggu hingga instrument ready muncul.
4. Komputer
akan meminta cal blank (aspirasikan larutan pengencer (aquadest yang
digunakan), meng-klik OK, program akan mengukur blanko.
5. Setelah
blanko selesai, program akan meminta standar 1, mengaspirasikan larutan standar
1, meng-klik OK. Melakukan pengulangan untukseluruh larutan standar.
6. Setelah
semua larutan standar, program akan meminta sampel, mengaspirasikan sampel
secara berurutan.
Data akan tampil di
layar, hasil pengukuran sampel juga akan tampil dalam bentuk konsentrasi
langsung.
V. DATA PENGAMATAN
Kondisi pengoperasian alat
·
Lampu
yang digunakan : Lampu Mg
·
Arus
lampu yang digunakan : 7.0 µA
·
Panjang
Gelombang : 285,2 nm
·
Laju
Udara : 10.001/min
·
Laju
asetilen : 2.001/min
Larutan
|
Konsentrasi (µg/ml)
|
Absorbansi
|
Blanko
|
0
|
-0.0018
|
Standar 1
|
2
|
0.3147
|
Standar 2
|
4
|
0.5705
|
Standar 3
|
6
|
0.7373
|
Standar 4
|
8
|
0.8640
|
Standar 5
|
10
|
0.9582
|
Larutan
|
Konsentrasi (µg/ml)
|
Konsentrasi
(Ms. Excel)
|
Absorbansi
|
Persen kesalahan
|
Air sungai
|
0.881
|
1.194
|
0.1387
|
35.5 %
|
Air ledeng
|
1.220
|
1.476
|
0.1920
|
20.9 %
|
Air sumur
|
1.148
|
1.416
|
0.1807
|
23.4 %
|
VI.
PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan
a.
100
ppm Mg dari 1000 ppm Mg
Cons . Volume = Cons . Volume
(100 mg/L) x (100 ml) = (1000mg/L) x V
V =
10 ml
b.
2
ppm Mg dari 100 ppm Mg
Cons . Volume = Cons . Volume
(2 mg/L) x (100 ml) =
(1000mg/L) x V
V =
2 ml
c.
4
ppm Mg dari 100 ppm Mg
Cons . Volume = Cons . Volume
(4 mg/L) x (100 ml) =
(1000mg/L) x V
V =
4 ml
d.
6 ppm Mg dari 100 ppm Mg
Cons . Volume = Cons
. Volume
(6 mg/L) x (100 ml) = (1000mg/L) x V
V =
6 ml
e.
8
ppm Mg dari 100 ppm Mg
Cons . Volume = Cons . Volume
(8 mg/L) x (100 ml) =
(1000mg/L) x V
V =
8 ml
f.
10
ppm Mg dari 100 ppm Mg
Cons . Volume = Cons . Volume
(10 mg/L) x (100 ml) =
(1000mg/L) x V
V = 10 ml
PEMBUATAN
LARUTAN
Y = mx + c
Y = 0,189x – 0.087
R2 = 0,951
·
Sampel
air sungai
Y = 0,189x – 0.087
0.1387 = 0,189x – 0.087
0.2257 = 0.189
X = 1,194
·
Sampel
air ledeng
Y = 0,189x – 0.087
0.1920 = 0,189x – 0.087
0.279 = 0.189x
X = 1,476
·
Sampel
air sumur
Y = 0,189x – 0.087
0.1807 = 0,189x – 0.087
0,2677 = 0,189x
X = 1,416
% kesalahan:
·
Air
sungai
0.881 –
1,194 x 100% = 35.5 %
0.881
·
Air
ledeng
1.220 – 1.476 x 100 % =
20.98 %
1.220
·
Air
sumur
1.148 – 1.416 x 100 % =
23.4 %
1.148
VII. ANALISA
PERCOBAAN
Analisa dengan menggunakan
spektrofotometri serapan atom ini khusus untuk unsure logam dan metalloid. Pada
percobaan pertama, unsure yang digunakan adalah magnesium (Mg) dan menggunakan
lampu katoda Mg dengan panjang gelombang 285.2 nm. Pada analisis ini digunakan
asetilen.
Dibuat larutan Mg dengan konsentrasi
kelipatan 2 ppm sebagai larutan standar, dengan cara mengencerkan dari larutan
1000 ppm menjadi 100 ppm, kemudian baru diencerkan lagi dengan konsentrasi 2 –
10 ppm, dengan rentang konsentrasi 2 ppm ( 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm).
Sebelum alat digunakan, terlebih
dahulu computer dihidupkan. Setelah itu, kemudian dibuka program analisa AAS,
yaitu GBC versi 1.33. kemudian melakukan pengaturan atau seting program,
seperti ada dilangkah kerja, sesuai dengan unsure yang akan dianalisa dan
peralatan yang digunakan. Kemudian alat dihidupkan dan alat dibersihkan dengan
kartu khusus yang mempunyai fungsi untuk membersihkan bagian pematik api, dan
juga untuk mengetahui posisi sinar lampu. Dengan menempatkan tanda asaran sinar
di atas pematik, sampai sinar tepat mengenai tengah bull’s eye atau tanda
sasaran.
Untuk memulai analisa, menekan tombol
‘start’ pada program, kemudian program akan meminta blanko dan semua larutan
standar secara berurutan. Pipa kapiler dimasukkan ke dalam larutan, kemudian
ditekan OK.
Dari hasil analisa di dapat kurva yang
menurun dibagian tengah, yaitu pada larutan standar ke 3. Larutan standar 1, 2,
4, dan 5 mempunyai garis hampir lurus, tetapi pada larutan ke 3 tidak karena
titiknya berada di bawah garis regresi.
Penyebab kesalahan dalam praktikum
dengan larutan standar mungkin karena beberapa ketidak ketelitian dalam
bekerja. Secara teoritis, kesalahan dapat disebabkan karena factor matriks dan
factor kimia. Factor matriks dapat berupa pengendapan unsure dan perbedaan
sifat sampel yang dianalisa dan larutan standar. Factor kimia berupa disosiasi
tak sempurna dari senyawa – senyawa dan ionisasi atom – atom didalam nyala
VIII. KESIMPULAN
a. AAS adalah
spektrofotometer yang berpinsip pada penyerapan atom.
b. AAS digunakan untuk
menganalisis unsure – unsure logam.
c. Konsentrasi larutan
standar yang digunakan adalah 2 ppm sampai 10 ppm dengan rentang 2 ppm
d. Regresi dari
Microsoft excel adalah 0.951
e. Pada analisis sampel
persen kesalahan yang terjadi sebesar.
Air sungai = 35.5 %
Air ledeng = 20.9 %
Air sumur = 23.4 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar